blank
Pendeta Sediyoko mengoleskan abu di dahi seorang jemaat dalam ibadah Rabu Abu di tempat ibadah Mugassari, GKJ Semarang Barat. Foto: wied

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Jemaat GKJ (Gereja Kristen Jawa) Semarang Barat melaksanakan ibadah Rabu Abu, mengawali masa raya Paskah di Gereja Induk Jalan Hasanuddin dan tempat ibadah Mugassari Semarang, Rabu malam (22/2/2023).

Ibadah di Gereja Induk Jalan Hasanuddin dipimpin Pdt. Didik Yulianto dan di tempat ibadah Mugassari dipimpin Pdt. Sediyoko. Ibadah di Gereja Induk diikuti oleh 158 jemaat dan di Mugassari 154 orang.

Pdt. Sediyoko dalam khotbahnya mengatakan, Rabu Abu dalam konteks Perjanjian Lama, adalah wujud sikap perendahan diri di depan Tuhan, sebagai orang berdosa.

“Kemudian ditandai dengan menaburkan abu di atas kepala. Tetapi sekarang bukan ditaburkan di atas kepala, tetapi dioleskan di dahi dengan tanda salib,” kata Pdt. Sediyoko.

Abu menggambarkan, manusia diciptakan dari tanah menunjukkan sosok yang lemah, salah, dan berdosa. Maka manusia harus merendahkan dirinya dan menyatakan pertobatannya.

Pdt. Sediyoko juga mengingatkan, bahwa umat harus mewujudkan spiritualitas berdoa, berpuasa, memberikan persembahan, dan tidak bersikap munafik.

Tidak Usah Dipamer-pamerkan

“Spiritualitas berdoa, memuji dan memuliakan Tuhan. menyadari keberdosaan dan memohon ampun pada Tuhan. Berdoa tidak perlu dipamer-pamerkan, ditunjukkan pada orang bahwa kita berdoa,” ujarnya.