blank
Rektor USM Dr Supari ST MT (berjas) menjawab pertanyaan dari peserta dalam Dialog Kebangsaan di Auditorium USM Jl Soekarno-Hatta, Tlogosari. (Foto:News Pool USM).

SEMARANG (SUARABARU.ID)- Kampus adalah kepanjangan tangan pemerintah untuk menyiapkan generasi masa depan. Oleh karena itu kampus mesti mencetak generasi yang beriman, mencintai, merawat serta memajukan Bangsa Indonesia.

Hal tersebut dikatakan Rektor Universitas Semarang (USM), Dr Supari ST MT dalam Dialog Kebangsaan dengan tema ”Mewujudkan Kampus Kebangsaan” di Gedung Auditorium USM pada 14 Februari 2023.

Kegiatan tersebut dihadiri Menko Polhukam RI sekaligus Ketua Dewan Penyantun Universitas Semarang, Prof. Dr. H. Mohammad Mahfud MD,. SH., SU., M.I.P secara daring, kemudian Ketua PWI Jawa Tengah, Amir Machmud NS, Katib PBNU, KH. Abu Yazid Al Busthami, Staff khusus Dewan Pengarah BPIP, Romo Benny Susetyo, Ketua PW Muhammadiyah Jateng, Dr. KH. Tafsir dan Dandim 0733 Kota Semarang, Kolonel Inf Honi Havana secara luring.

Menurut Supari, keberagaman adalah pemberian untuk negeri ini. Namun, ada dua hal pemahaman berbeda yang hadir dari keberagaman ini, kecenderungan untuk intoleran dan mensyukuri keberagaman.

”Tentu saja sebagai kampus, kami mengajak pada pandangan yang kedua. Keberagaman itu suatu kelebihan, keunggulan, dan kekayaan yang harus kita syukuri sebagai pemersatu yang mempererat kita semua. Maka dari itu dengan kesadaran Bhinneka Tunggal Ika kita dapat melawan intoleransi,” ujarnya.

”Bila tidak dipersiapkan dan dikelola dengan baik, karakter kebangsaan ini dapat berpotensi menimbulkan sensitivitas SARA yang ingin menonjolkan kesukuan, agama, ras, Bahasa dan kelompoknya masing-masing,” imbuh Rektor USM.

Kemudian ia menghimbau agar kita tidak ceroboh dalam memilih pemimpin.

”Kecintaan hanya pada negeri ini, bukan pada seseorang. Jangan terbawa euphoria loyal pada seseorang pemimpin itu saja, tetapi loyal pada negeri ini. Kalau kita salah memilih, kita bertaruh di sana. Empat belas Februari tahun depan itu hanya satu event, jangan sampai mempertaruhkan negeri ini. Pemimpin bisa berganti, tetapi negeri ini akan terus berlanjut,” ucapnya.

Menjawab pertanyaan dari audiens tentang bagaimana bermedia dengan bijak, Supari menggunakan istilah VUCA Problems (Volatile, Uncertainty, Complexity, Ambugiuty) untuk merepresentasikan era yang dialami anak muda saat ini.

”Volatile, gejolak bermacam-macam. Uncertainty, tidak jelas, bahkan perguruan tinggi pun kekurangan daya tebak masa depan terhadap lowongan apa yang hilang dan muncul. Kompleks, semuanya ruwet. Kemudian yang terakhir adalah ambigu,” katanya.
Supari menjelaskan, Vuca Problems dapat dilawan dengan VUCA Solutions (Vision, Understanding, Clarity, Agile).

”Saku pertama menghadapi VUCA Problems tadi ialah Vision, visi yang jelas. Selanjutnya Understand, tukar pikiran dan usahakan untuk memahami sebelum memulai. Kemudian Clarity, Cross-check lagi dicek lagi itu hoax apa tidak. Kemudian Agile, musti lincah dalam mencari jawaban sebelum akhirnya membuat keputusan. Saya kira itu akal sehatnya,” jelas Supari.

Tak lupa ia juga mengingatkan agar selalu berserah kepada tuhan. ”Penutupnya adalah berserah. Hasil akhir hanya ada di Gusti Allah,” tandasnya.

Zidan/Mh