blank
Bupati Pacitan Indrata Nur Bayu Aji (tengah) menyerahkan tokoh wayang kepada Dalang Ki Fajar Ariyanto. Untuk memeriahkan rangkaian ritual tradisi Sri Sedanan di Desa Karanganyar, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan, Jatim, dipentaskan wayang kulit semalam suntuk.(Dok.Prokopim Pacitan)

PACITAN (SUARABARU.ID) – Tradisi upacara adat Sri Sedanan, digelar masyarakat Desa Karanganyar, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan, Jatim. Ini tradisi turun temurun dan menjadi potensi wisata budaya di Pacitan sebagai Kabupaten berjuluk ”Paradise of Java” tersebut.

Bagian Prokopim Pemkab Pacitan, Sabtu (4/2), mengabarkan, Bupati Pacitan Indrata Bayu Aji hadir dalam gelar upacara tradisi Sri Sedanan tersebut. Sebagai upacara adat, Sri Sedanan, digelar bersamaan saat tanaman padi magak atau meteng.

Di saat tanaman padi mulai berbulir itulah, masyarakat bersama-sama memanjatkan doa, untuk mengharapkan rahmat perlindungan dari Tuhan.

Melalui doa-doa dalam ritual Sri Sedanan tersebut, petani sebagai kaum agraris, berharap kelak tanaman padinya memberikan panen yang maksimal dan berkah, terbebas dari serangan atau gangguan hama.

Melalui upacara adat Sri Sedanan, masyarakat Desa Karanganyar juga menggelar ruwatan dengan media wayang kulit. Bersamaan ritual ruwatan, dibagikan air suci Tirto Nirmala kepada semua Kepala Dusun (Kasun), untuk sebagian dibagikan kepada warga dan sebagian lagi disiramkan di sumber irigasi sawah. Air suci, Tirta Nirmala, sebelumnya sudah didoakan oleh sesepuh setempat.

Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji, mendapat kehormatan untuk membagikan air suci Tirta Nirmala kepada masyarakat. Orang nomor satu di Pacitan ini, juga mengapresiasi kearifan lokal (local wisdom) yang masih terjaga dengan baik.

Bentuk Syukur

Tradisi upacara adat seperti ini, merupakan bentuk syukur masyarakat atas karunia Tuhan yang Maha Kuasa. ”Insha Allah baik, karena semuanya didasarkan pada niat yang baik,” jelas Bupati Indrata Nur Bayu Aji.

Selesai ritual ruwatan acara dilanjutkan dengan pagelaran wayang kulit semalam suntuk bersama dalang asli Pacitan Ki Fajar Ariyanto. Ratusan masyarakat  tumpah ruah menyaksikan hiburan wayang yang menghadirkan Bintang Tamu Lusi Brahman.

Dalam keyakinan masyarakat Bali, Sri Sedana dikenal sebagai salah satu Bhatara. Dewa pemberi rezeki, kemakmuran dan kekayaan ini, memiliki sebutan lain sebagai Bhatara Rambut Peradah, Bhatari Rambut Sedana. Yang dirayakan setiap datang Piodalan Rambut Sedana, tepatnya pada Hari Buda Cemeng Klawu.

Dalam Tri Mandala Pura Besakih, Bali, Stana Ida Bhatara Rambut Peradah/Sri Sedana, Dewa Penguasa Kekayaan, dipuja di Pura Banua Kangin/Merajan Kangin. Dipuja di Merajan masing-masing, yaitu pada Pelinggih Dewi Sri dengan Bhiseka Sri Sedana atau Limas Catu.

Berdasarkan Etimologi, Sri Sedana berasal dari suku kata Sri (cantik, subur, makmur, kebahagiaan, kemuliaan). Sedana berakar dari kata dana (derma, memberi, kemurahan).

Bhatara Sri Sedana berarti kekuatan Brahman dengan manifestasinya sebagai pemberi kesuburan, kemakmuran, kebahagiaan, kemuliaan, memberikan derma, memberikan kemurahan.

Bambang Pur