blank
Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono saat menerima kunjungan Wakil Wali Kota Magelang M Mansyur dan rombongan, (Doddy Ardjono)

MAGELANG (SUARABARU.ID)- Kehidupan toleransi di Kota Pontianak belum menyamai Kota Singkawang.

Laporan Indeks Kota Toleran (IKT) yang diterbitkan SETARA Institute for Democracy and Peace 2021, Kota Singkawang menduduki peringkat pertama IKT.

Bahkan kota yang saat ini dipimpin Wali Kota Edi Rusdi Kamtono, juga tidak masuk 10 besar IKT yang diterbitkan SETARA Institute.

Namun, kondisi itu tidak membuat kota yang terbagi lima kecamatan dan 24 kelurahan itu kendor dalam upaya meningkatkan kehidupan toleransi masyarakat.

Seperti kota-kota lain di Indonesia, penduduk Kota Pontianak multi etnis. Jumlah penduduknya sekitar 545.661 jiwa, terdiri Tionghoa, Melayu, Bugis, Jawa, Madura, Dayak dan sebagainya.

Pemeluk agama Islam sekitar 60,2% dari jumlah penduduk, Katolik (22.14), Kristen (11,58), Buddha (5.73), Konghucu (0,28) dan Hindu sekitar 0,03%
‘’Sejak terjadinya kerusuhan Sambas (etnis red) tahun 1999, kami menjaga dan terus meningkatkan kehidupan toleransi masyarakat. Setelahnya tidak ada lagi kerusuhan seperti itu,’’ katanya saat menerima kunjungan Wakil Wali Kota Magelang M Mansyur bersama rombongan di kantornya 31 Januari 2023.

Edi juga selalu mengimbau warganya untuk tetap menjaga toleransi, agar kehidupan bermasyarakat tetap rukun dan damai. Apalagi Pontianak sebagai ibukota Provinsi Kalbar merupakan kota yang sangat terbuka.

‘’Kalau ini bisa kita jaga, Insya Allah Kota Pontianak akan menjadi kota yang mempunyai toleransi tinggi,’’ terangnya.

blank
Kantor Wali Kota Pontianak. (Doddy Ardjono)

Selain itu, lanjutnya, pihaknya juga mengenalkan toleransi sejak usia dini.
Masuk pendidikan anak usia dini (PAUD) anak-anak dikenalkan dengan budaya saling menghomati, saling menghargai, gotong royong, tolong menolong antarsesama dan sebagainya.

Kehidupan beragama di Kota Pontianak sudah berjalan baik. Setiap momen ibadah tiap-tiap agama juga mengedepankan toleransi dan pengertian antarpemeluk agama.

Tidak kalah penting adalah memahami lingkungan sekitar dengan kearifan lokal, bahwa kita semua bersaudara. Forum sebagai wadah mempererat hubungan antar pemeluk agama maupun suku, juga terus dilakukan. Forum dialog tersebut bisa dilakukan organisasi masyarakat, paguyuban, suku, agama dan lainnya.

Melalui forum itu diharapkan persoalan-persoalan yang terjadi di masyarakat bisa diselesaikan secara kekeluargaan.

‘’Perbedaan tingkat ekonomi juga bisa menimbulkan rasa iri, dengki dan sebagainya. Masyarakat diminta tidak mudah percaya terhadap postingan-postingan yang mengarah pada intoleran dan perpecahan,’’ pinta Wali Kota Pontianak.

blank

Kemudian, Edi juga mengimbau kepada masyarakat agar jangan membawa isu-isu ras dan agama atau isu SARA dalam suatu pertikaian.

Ia meminta semua pihak harus bisa menahan diri berkaitan dengan primordialisme, agar masalah tersebut tidak dibesar-besarkan.

Kota Magelang yang menduduki peringkat 6 Indeks Kota Toleran (IKT) SETARA Institute harus terus mengingatkan warganya untuk menjaga dan meningkatkan kehidupan toleransi masyarakat.

Dengan mengedepankan toleransi kehidupan
masyarakat pasti tentram, indah dan menyenangkan. Kuncinya jaga kerukunan antarsesama, saling menghormati dan saling menghargai.

Doddy Ardjono