blank
Lambang Tarekat Syattharyah berupa tulisan "Muhammad Kembar" di pintu masuk makam Sultan Hadlirin-Ratu Kalinyamat.

Oleh : Ulil Abshor

Jika kita menelusuri Makam Astana Hinggil Mantingan yang terletak di Kabupaten Jepara, tempat disemayamkannya Sultan Hadlirin dan Ratu Kalinyamat, kita akan menemukan simbol-simbol atau lambang yang berkaitan erat antara kerajaan Jawa dan Aceh.

blank
Lambang yang sama di pintu masuk makam Kadilangu Demak.

Sejarah mencatat, bahwa Sultan Hadlirin, suami Ratu Kalinyamat yang bernama asli Raden Thoyib adalah putra Sultan Mughayat Syah penguasa Aceh pada waktu itu. Raden Thoyib merupakan salah satu murid Sunan Kudus. Diceritakan, saat kapalnya terdampar di perairan Jepara, Raden Thoyib menemui serta berguru kepada Sunan Kudus kemudian menghadap Sultan Trenggono, Raja Demak pada waktu itu.

blank
Di makam Cirebon.

Urusan politik dan kenegaraan antara Jawa dan Aceh pun menjadi bagian penting dari jaringan raja-raja Islam di Nusantara. Pada tanggal 24 November 1551 Raja Johor meminta Ratu Kalinyamat mengirim armada perang Jepara untuk menghadapi Portugis di Malaka. Dilanjutkan pada tahun 1573 Sultan Riat Syah dari Kerajaan Aceh juga meminta bantuan untuk menghadapi Portugis di Malaka.

blank
Tarekat Syatthariyah Indonesia.

Perkembangan agama Islam yang sudah menyebar di seluruh Nusantara juga bagian dari relasi Jawa-Aceh. Di beberapa makam tua di tanah Jawa terdapat simbol aliran Tarekat Syathariyah berupa tulisan “Muhammad kembar”. Aliran Tarekat Syathariyah pertama kali muncul di India pada abad ke-15. Tarekat ini di kembangkan oleh Abdullah asy-Syattar.

Kemudian Tarekat Syatthariyah berkembang di Indonesia melalui Syekh Abdurrauf Singkili, ulama asal Aceh. Menurut sejarah, Syekh Abdurrauf mempelajari tarekat ini di Makkah dari Syekh Ahmad al-Qusyasyi asal Palestina dan Ibrahim al Kurani asal Turki. Sesudah Syekh Ahmad Qusyasyi meninggal, Syekh Abdurrauf kembali ke Aceh dan mengembangkan Tarekat Syattariyah di daerah asalnya.

Tarekat Syatthariyah mulai berkembang di kalangan bangsawan keraton Jawa. Seperti Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman di Cirebon. Pusat-pusat Tarekat Syatariyah di Cirebon pada saat itu (masa Kolonial abad ke 17-19) yang bermula di Keraton Cirebon kemudian beralih ke pesantren-pesantren yang berada di wilayah Cirebon seperti Pesantren Al-Jauhriyah, Pesantren Kempek, Pesantren Buntet, Pesantren Darul Hikam, dll.

ua