GROBOGAN (SUARABARU.ID)– Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, prihatin melihat kondisi kawasan Pegunungan Kendeng, yang berada di Desa Sedayu, Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan.
Keprihatinan itu dikarenakan, persentase tanaman jagung lebih besar dibanding tanaman keras atau pepohonan. Akibatnya, tidak ada tanaman atau pohon penahan air di kawasan pegunungan itu, sehingga berkontribusi pada bencana banjir di Grobogan dan sekitarnya.
”Ternyata ada Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) dan Perhutani. Ini bagus tapi kan ada syarat persentasenya. Syaratnya itu, 50 persen harus tegakan. Kalau saya lihat di belakang itu, 99 persen tidak ada tegakan, semuanya ditanami jagung,” kata Ganjar, saat mengecek kondisi pegunungan itu, Jumat (13/11/2023).
BACA JUGA: Terakreditasi Unggul FKIP Unissula Bidik Program Master dan Doktor
Menurut dia, tanaman jagung bagus untuk masyarakat, karena memberikan nilai tambah perekonomian. Namun perlu juga diperhatikan, terkait kondisi lingkungan dan kebutuhan tanaman keras atau pepohonan, sebagai penyangga atau penahan air.
Diakuinya, tanaman jagung memang bagus untuk masyarakat. Namun bila mayoritas ditanami jagung, dan hujan deras karena cuaca ekstrem terjadi, maka berpotensi menyebabkan bencana, misalnya longsor. ”Karena apa? Karena tidak ada tanaman yang menahan,” lanjutnya.
Melihat kondisi itu, Ganjar langsung meminta dilakukan evaluasi terkait pemanfaatan lahan di Pegunungan Kendeng Utara itu. Berdasarkan keterangan dari pihak Perhutani selaku pemilik lahan, sebagian lahan di kawasan itu merupakan PHBM, dan sebagian lagi Perhutanan Sosial, dengan komoditas paling besar tanaman jagung.
”Sekarang kita evaluasi. Kalau masih seperti ini ya bahaya. Sekarang harus kita review, itu paling tidak butuh waktu sekitar 4-5 tahun, hingga tanaman keras atau pohon itu, betul-betul bisa menggigit akarnya,” jelas Ganjar, didampingi Bupati Grobogan, Sri Sumarni.
Riyan