Setiap pawang mengamalkan mantra sesuai alirannya. Selain mantra yang “serius” kadang ada mantra jenaka, misalnya : “langite ora sida udan ‘lamun udan mung sak uyuh jaran” (Langit tidak jadi hujan, andaikan hujan pun hanya seukuran kencing kuda), dan mantra ini dibaca sambil menancapkan sapu lidi dalam posisi terbalik.
Setiap pawang memiliki tradisi berbeda. Misalnya, menjelang resepsi pernikahan saya, langit tampak gelap. Pawang lalu melakukan prosesi ritual, diawali ziarah kubur ke makam leluhur keluarga yang minta bantuan. Pawang juga perlu tahu nama desa yang akan dipawangi dan nama desa sekitarnya.
Karena etika kerja pawang itu bukan menolak hujan, melainkan hanya menyisihkan sesaat, sesuai doa atau mantranya, misalnya Ya Allah kula nyuwun supados udan wekdal menika nisih (Ya Allah saya mohon agar hujan saat ini menyingkir) ke nama desa sekitar. Bismillah, kunfayakun, dadiya terang, dst.
Menolak Hujan Rahmat?
Ada yang mengatakan, karena hujan itu termasuk rahmat dari Tuhan, maka menolak atau mingkirkannya diyakini menolak rahmat Tuhan. Namun ada pendapat, menyingkirkan hujan sepanjang ada nilai manfaatnya, diperbolehkan.
Baca juga Ilmu Pawang Hujan-2
Dalam suatu riwayat, Nabi Muhammad SAW pernah berdoa untuk menyingkirkan hujan. Yang kurang lebih artinya : Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan untuk untuk merusak kami. Ya Allah turunkanlah hujan ke dataran tinggi, gunung-gunung, bukit-bukit, perut lembah dan tempat tumbuhnya pepohonan.
Hal itu dilakukan Nabi SAW ketika di suatu daerah terjadi banjir dan banyak hewan ternak pada hanyut. Nabi kemudian berdoa agar hujan diturunkan di tempat lain yang tandus, di gurun-gurun, dsb. Jadi, sepanjang ada kebaikan didalamnya, diperbolehkan.
Pawang Komersial
Pada komunitas pawang komersial, sering terjadi persaingan, bahkan saling mengganggu, terutama pawang yang sering digunakan untuk event perusahaan besar. Jasa pawang pun dimanfaatkan ketika ada proyek yang ketika turun hujan hingga event itu terganggu.
Pernah terjadi disuatu daerah saat sedang mengerjakan proyek pabrik, untuk mengejar target, pihak perusahaan memanfaatkan tujuh pawang hujan terbaik dari berbagai daerah, dan mereka bekerja bergiliran.
Hujan memang tidak turun pada lokasi itu, walau wilayah sekitar turun hujan. Dan itu membuat warga marah kemudian melawan dengan cara tradisi, yaitu memasukkan alu (alat penumbuk padi) ke dalam sumur, dan ada yang membalik genteng.
Persaingan antar pawang terkadang juga terjadi. Saat perusahaan A mengadakan konser musik, pawang perusahaan B mencoba menggagalkannya. Untuk mendeteksi aktivitasnya dapat dilihat dari mendung berjalan ke dua arah. Tntang ngerjain pawang hujan, terkadang juga perlukan jika aktivitasnya mulai melanggar hak-hak warga yang lain.
Masruri, penulis buku praktisi dan konsultan metafisika tinggal di Sirahan Cluwak Pati