blank

Oleh : Hadi Priyanto

Drs R.M.P. Sosrokartono  adalah seorang guru spritual yang besar pada masanya. Bahkan kakak kandung dan mentor RA Kartini ini disebut oleh Presiden  Ir. Soekarno sebagai guru spiritual yang sangat dihoramti.

Pengakuan Ir  Soekarno terhadap ketokohan Drs  Raden Mas Panji Sosrokartono juga disampaikan   dalam buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat yang ditulis oleh Cindy Adams. Pada buku biografi ini,  Ir Soekarno menyebut sahabatnya ini sebagai seorang tokoh kebatinan yang sangat di hormati di Bandung.

Sarjana pertama bangsa Jawa di Belanda ini mempunyai pedoman atau pegangan hidup dalam tindakan sehari-hari dan dalam pergaulan dengan orang lain. Pedoman hidup  ini biasa disebut “Catur Murti”  yaitu  bersatunya empat gejala jiwa utama,  bersatunya pikiran,  perasaan, perkataan dan perbuatan.

“Catur” itu maknanya “empat”, sedangkan “Murti” itu maknanya “penjelmaan”. Jadi, yang dimaksud kan adalah empat yang dijelmakan meniadi satu yang dalam bahasa Belanda ia sebut “Een in denken, en in voelen, en in spreken, en in handelen”. (Satu dalam pikiran, dan dalam perasaan, dan dalam berbicara, dan dalam perbuatan)”

Pikiran benar

Pikiran merupakan gambaran yang disusun dalam akal budi, getaran jiwa dan perasaan jiwa.  Dengan pikiran manusia bisa belajar tentang jenis dan sifat, jalan dan cara memecahkan segala persoalan hidup.

Dengan pikiran pula manusia dapat memilih secara bebas dan sadar serta menilai mana yang benar/baik dari mana yang salah/buruk.

Maka, berpikir benar itu adalah menerima segala kebenaran dengan terbuka, terutama kebenaran dalam agama dan Kitab Suci: Al’quran, Injil, Weda, Tripitaka, dan lain-lainnya.

Kita harus menyadari bahwa dalam kehidupan sehari – hari pikiranlah yang mendorong kita untuk berkata, maupun berbuat.  Sekarang tergantung kepada pikirannya. Kalau pikirannya baik/benar, maka akan mengeluarkan kata- kata yang baik/benar. Kalau pikirannya baik/benar, akan mendorong untuk berbuat baik/benar ketika pikirannya jahat/tidak benar akan mendorong orang untuk berkata yang jahat dan berbuat jahat.

Perasaan benar

Perasaan bagi orang Jawa merupakan bagian yang paling halus; paling dalam pada manusia, sekaligus perasaan menguasai serta meresapi pikiran dan seluruh jasmani. Dialah kehidupan Ilahi yang hadir dalam diri manusia sebagai sarana berkontak dengan Tuhan sekaligus manunggal dengan Tuhan.

Perasaan bukanlah suatu tindakan yang diarahkan menuju objek tertentu, melainkan suatu keadaan.

Suatu getaran jiwa manusia sebagai reaksi panca indra dengan suatu persoalan dalam situasi apapun. Perasaan benar suatu keadaan menerima segala yang baik, benar dan suci tanpa curiga dan menolak segala yang jahat.

Perkataan benar

Perkataan adalah susunan kata-kata dalam bahasa manusia yang berfungsi untuk merumuskan, menerangkan, menjelaskan pikiran dan perasaan tentang suatu persoalan baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Perkataan bukan hanya keluar dari mulut, tetapi bersumber dari keinginan atau perasaan yang menyebabkan orang berfikir dan kemudian berkata serta berbuat.

Pikiranlah yang mendorong orang  untuk berkata, maupun berbuat. Sekarang tergantung kepada pikiranrya. Kalau pikirannya baik/benar, maka akan mengeluarkan kata- kata yang baik/benar. Kalau pikirannya baik/benar, akan mendorong untuk berbuat baik/benar ketika pikirannya jahat/tidak benar akan mendorong orang untuk berkata yang jahat dan berbuat jahat.

Perbuatan benar

Perbuatan merupakan sikap dan tindakan manusia, sebagai akibat dari pikiran-perasaan-perkataan tentang suatu persoalan, baik dalam diri maupun keluar diri sebagai langkah untuk menghadapi persoalan dan pemecahannya.

Dengan menjalankan Catur Murti secara terus menerus orang  terbiasa berpikir benar, berperasaan benar, berkata benar dan berbuat benar. Dalam situasi dan kondisi apa pun reaksi kita jadi cepat dan dalam mengambil keputusan bisa dengan tepat dan benar.

Dengan mendalami Catur Murti, maka kita mandapatkan faidah dan keuntungan yang besar, Kita akan memiliki sifat-sifat dan perilaku yang  baik, memiliki karakter yang tangguh, yang tidak gampang takut dan susah. Kita tidak akan menjadi orang yang  sombong, tetapi kita akan menjadi orang yang lembah manah berbudi bawa laksana

Catur Murti dalam Makna Batiniah

Catur murti secara lahiriah dapat ditulis tanpa perikemanusiaan dan dapat diuraikan dalam bentuk kata-kata, dapat ditulis sehingga dapat dibaca berulang kali, bahkan dapat di hafal, dapat didiskusikan dan sebagainya.

Namun yang lebih utama adalah Catur Murti dalam pemaknaan  batiniah, semuanya menjadi sunyi,sepi. Artinya, perkataan, tidak mengeluarkan kata, hanya diam. Perbuatan tak melakukan apa-apa. Pikiran, tidak berfungsi, kosong. Ketiga-tiganya (perkataan, perbuatan dan pikiran) “diam”, tanpa aktivitas apa-apa, pasif total. Hanya “Rasa” yang berperan aktif. Rasa/jiwa/roh yang bekerja. Dan bekerjanya rasa/jiwa/roh, tidak dapat dilihat oleh panca indera. Rasa/jiwa/roh aktif mengadakan “Inner Connection” dengan Tuhan. Hasilnya adalah “Inner vision”, “Inner Voice”, “Inner Strength”, “Inner Power“, sehingga manusia dapat melihat apa saja dan melakukan apa saja.

Bersatunya pikiran, perasaan, perkataan dan perbuatan adalah untuk mencari ketenangan jiwa, keharmonisan hidup, dan kebahagiaan akhirat. Itulah tanda-tanda orang yang beriman, tidak berpikir kecuali yang benar, tidak berperasaan kecuali.yang benar, tidak berkata kecuali yang benar tidak berbuat kecuali yang benar.

Dengan Catur Murti, seseorang akan menjadi bijak, tidak munafik, dan akan berjalan di jalan yang benar. Perbuatan yang benar, terarah pada sesama yang membutuhkan pertolongan, mengusahakan belas kasih, pengampunan dan cinta kasih. Bertingkah laku hanya mengambil apa yang diberikan dan hidup sesuai dengan kehendak Tuhan, yakni hidup suci dan murni.

Catur Murti inilah yang menjadi pegangan hidup Drs R.M.P. Sosrokartono  dan satu-satunya ilmu yang ia miliki. Dengan perilaku catur murti, Drs R.M.P Sosrokartono menjalani kehidupan di dunia ini. Semua perilaku Drs. R.M.P. Sosrokartono yang terungkap dalam pangesti dan pangastuti dan catur murti bukan hanya harapan, cita-cita dan kata-kata kosong belaka.

Namun ia  menjalankan dalam hidup sehari-hari. Ia sungguh menjalankan dan mengalami, yang dinamakan “mati sajroning urip lan urip sajroning pati “(hidup dalam mati dan  mati dalam hidup).”

Penulis adalah Penulis Buku Drs RMP Sosrokartono Biografi dan Ajaran-ajarannya, dan Drs Raden  Mas Panji Sosrokartono Putra Indonesia yang Besar