JAKARTA (SUARABARU.ID)- Salah satu produk unggulan masyarakat Kelurahan Gunung Anyar Tambak, RW 001, Kecamatan Gunung Anyar, Surabaya, yang banyak digemari masyarakat adalah industri rumahan aneka macam kerupuk yang terbuat dari bahan dasar ikan.
Melalui Tim Pengabdian Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya, yang diketuai oleh Dr. Nur Handayani, S.E., M.Si., Ak dan beranggotakan dua dosen yaitu Dr. Fidiana, S.E., MSA serta Dr. Hindah Mustika, S.M., M.SM serta dua mahasiswa yaitu Abdul Fattah dan Ardelia, melakukan upaya untuk meningkatkan bisnis kerupuk. Melalui workshop labeling dan packaging untuk olahan produk kerupuk yang dihasilkan oleh warga Gunung Anyar Tambak.
Dari observasi yang dilakukan oleh Tim Pengabdian STIESIA, berbagai macam varian rasa kerupuk ikan yang diproduksi oleh masyarakat Gunung Anyar Tambak ini cocok untuk digunakan sebagai oleh-oleh khas Surabaya. Karena terbuat dari berbagai jenis ikan, seperti ikan payus, ikan bandeng, udang, ikan kerang dan ikan ilat-ilat.
Kepada tim pengabdian, Lianah, salah satu produsen dan anggota UMKM kerupuk mengatakan salah satu jenis kerupuk yang banyak dicari adalah yang terbuat dari ikan payus. Menurutnya, ikan payus salah satu jenis ikan yang susah didapat karena adanya musiman.
“Ikan payus memiliki duri yang banyak, tetapi memiliki rasa yang lebih enak apabila diolah menjadi kerupuk. Sedangkan ikan bandeng apabila diolah menjadi kerupuk ciri khasnya menghasilkan rasa gurih, kerupuk udang juga menghasilkan varian rasa tersendiri, demikian halnya dengan kerrang dan Ikan Ilat-ilat”, kata Lianah.
“Banyak alasan kenapa warga setempat fokus pada usaha di bidang ikan, antara lain karena meneruskan usaha orang tua, karena hobbi, karena wilayahnya sebagai penghasil ikan, menambah pendapatan/meningkatkan ekonomi keluarga, karena ingin lebih memperkenalkan pantai timur Surabaya sebagai penghasil ikan”, sambung Lianah yang juga salah satu sesepuh di Kelurahan Gunung Anyar Tambak.
Terdapat 18 UMKM produsen kerupuk ikan di Kelurahan Gunung Anyar Tambak. Lima diantaranya sudah memiliki merk produk. Salah satunya milik Lianah yang menggunakan nama Pamurbaya. Dari ke 18 UMKM, 13 UMKM yang belum memiliki label/merk. Oleh karena itu perlu adanya pelatihan berkaitan dengan pelabelan dan packaging yang menarik. Tentunya yang aman buat produk dan mudah di bawa serta menarik konsumen.
Para produsen kerupuk ikan kebanyakan masih belum paham dengan produk mereka. Kebanyakan dari mereka hanya fokus pada produknya saja, sehingga ketika melakukan penjualan mereka bergantung pada rasa dari produk kerupuk mereka melalui pembagian tester. Sedangkan untuk mencapai pasar yang lebih luas, produk harus dapat mempersuasi pembeli tanpa harus membuka kemasan atau mencicipi. Hal ini juga mempengaruhi pada efisiensi waktu pelaku UMKM.
Tim Pengabdian STIESIA Surabaya selain menggelar pelatihan dan workshop juga memberikan dukungan dan bantuan alat produksi berupa kompor, selang regulator, sealer, blender, dan dandang kepada 18 UMKM yang masing – masing mendapatkan 1 paket bantuan alat produksi tersebut.
Pengabdian Masyarakat ini didanai dari Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Riset dan Teknolologi (Ditjen Ristek) melalui “Program Insentif Pengabdian Masyarakat Terintegrasi Dengan MBKM Berbasis Kinerja IKU Bagi PTS Tahun 2022.
Dengan adanya pelatihan labeling beserta bantuan alat produksi, para produsen kerupuk ikan yang tergabung dalam 18 UMKM mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada DitJen Ristek. “Semoga bantuan yang telah diberikan berkah dan membawa manfaat kedepannya”, ujar Khoridah perwakilan dari UMKM.
Pengabdian ini menghasilkan luaran Merk Produk dan Pengemasan yang menarik, hasil dari konsultasi dengan narasumber pelatihan. Luaran Label/merk dan kemasan kepada 13 UMKM yang sebelum pelatihan tidak memiliki merk dan kemasan belum layak, setelah pelatihan, produk mereka terlihat menarik dengan merk dan kemasan yang cantik.
ua/nur/indah