– Rusgiharto dan Ghozali Khusyaini terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden Mahasiswa (Presma) Universitas Semarang dalam Pemilu Raya Mahasiswa USM, baru-baru ini. (Foto:News Pool USM)

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Rusgiharto dan Ghozali Khusyaini terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden Mahasiswa (Presma) Universitas Semarang dalam Pemilu Raya (Pemira) Mahasiswa USM, baru-baru ini.

Rusgiharto meraih 1.321 suara dari total 2516 suara yang sah mengalahkan lawannya, Gabriella dan Narendra dengan selisih suara 126.

Menurut Rusgiharto, program jangka pendek yang  akan dilakukan adalah penyusunan kabinet, penguatan internal, dan mengadakan event pemilihan Putra – Putri USM.

Penyusunan kabinet akan didasarkan pada tema yang diusung yaitu ”USM Bersatu” sehingga nanti anggota kabinet akan diisi oleh berbagai organisasi mahasiswa (Orma) dan UKM.

”Tujuan dari penyusunan kabinet yang berasal dari berbagai organisasi mahasiswa dan UKM adalah agar seluruh anggota dapat Bersatu dan menghindari dominasi kekuasaan oleh suatu kelompok tertentu,” kata Rusgiharto.

Rusgiharto mengamati pada internal sebuah Orma banyak yang tidak berkomitmen dengan tugas yang telah diberikan selama masa jabatannya.

Oleh karena itu, ia akan membuat pakta integritas kepada anggota internal terkait tanggung jawab yang diembannya selama masa jabatan.

”Hal itu saya lakukan untuk menghindari kebiasaan yang ada di Orma yang hanya sekadar numpang nama tapi tidak berkomitmen dengan tanggung jawab yang diberikan,” tegasnya.

Pengadaan Putra – Putri USM digagas oleh Rusgiharto sebagai program kerja yang berkolaborasi dengan Progdi Pariwisata Universitas Semarang. Pemilihan Putra – Putri USM akan dilakukan dengan rangkaian acara beauty class yang mendatangkan provider kecantikan.

Dia berharap, dengan adanya putra – putri USM akan memperkenalkan Universitas Semarang sebagai universitas yang memiliki kreativitas.

Selama menjabat, kata Rusgiharto, pihaknya akan membenahi regulasi keluhan mahasiswa terhadap Universitas Semarang. Dia merubah bentuk keluhan yang semula hanya berupa lisan menjadi tertulis. Hal ini bertujuan agar keluhan memiliki nilai yang kuat.

”Selama ini yang terjadi jika ada keluhan mahasiswa hanya menyampaikan melalui lisan, sekarang saya akan ubah pengajuan keluhan harus tertulis karena jika tertulis kita dapat lebih jelas mengetahui permasalahan yang ada dan dapat dipertanggung jawabkan,” jelasnya.

Muhaimin