Oleh : Fatikhah Zamzam, S. Pd .
Kurikulum merdeka merupakan kurikulum yang berfokus pada materi esensial, sehingga ada waktu yang cukup untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi.
Materi esensial adalah materi yang pokok dan paling mendasar pada setiap mata pelajaran pada satuan pendidikan, karena itu tergantung pada kebutuhan masing-masing daerah atau sekolah yang disesuaikan dengan kondisi sekarang.
Pada pembelajaran kimia kelas X yang dikelompokkan dalam mata pelajaran IPA, terdapat materi Kimia Hijau ( Green Chemistry) yang berisi bagaimana upaya untuk merancang (mendesain) proses kimia dan produk kimia yang dihasilkan untuk mengurangi atau menghilangkan penggunaan dan pembentukan zat berbahaya.
Dalam materi kimia hijau juga menjelaskan tentang 12 prinsip kimia hijau yaitu (1) pencegahan limbah, (2) manajmen atom yang baik,(3) proses sintesis kimia yang lebih aman, (4) rancang bahan kimia yang lebih aman, (5) rancang proses yang efisien energi, (6) kurangi produk turunan yang tidak perlu, (7) prosedur yang aman untuk mencegah kecelakaan, (8) pencegahan polusi yang real-time, (9) desain produk yang mudah terurai, (10) gunakan katalis,(11) gunakan bahan baku yang terbarukan ,(12)penggunaan pelarut dan bahan pendukung yang lebih aman.
Berdasarkan isi materi Kimia Hijau, maka diharapkan murid memiliki kompetensi gerakan kimia hijau, dan berpengaruh pada pembentukan karakter murid tidak hanya aspek kognitif atau pengetahuan kimia hijau.
Untuk lebih memahami kimia hijau dibutuhkan pengetahuan awal yang harus dimiliki oleh murid yaitu unsur kimia, senyawa dan reaksi kimia. Karena dalam materi kimia hijau juga dijelaskan tentang penyetaraan persamaan reaksi kimia. Oleh karena itu dibutuhkan cara agar murid dapat memahami unsur dan senyawa kimia serta reaksi kimia, meskipun materi ini sudah pernah didapatkan murid ketika berada di bangku SMP.
Sebelum masuk ke materi kimia hijau, penulis mengajak berliterasi tentang atom dan unsur dan membimbing bagaimana mengkonfigurasikan electron. Pembelajaran dilanjutkan dengan meminta murid menggunakan sticky note untuk menuliskan unsur dan nomor atomnya, serta mengkonfigurasikan jumlah electron sehingga dapat menentukan golongan dan peiode (letak unsur dalam SPU).
Murid diminta untuk menempelkan sticky note di papan tulis yang sudah diberi gambar kotak-kotak serta diberi angka golongan dan periode. Papan tulis inilah yang disebut SPU Bayangan. Dengan menggunakan SPU Bayangan yang disusun oleh murid dapat melibatkan murid secara aktif mengenal unsur, mengkonfigurasikan jumlah electron yang dimiliki unsur, kemudian menentukan golongan dan periode unsur tersebut, sehingga murid dapat meletakkan unsur pada SPU Bayangan.
Setelah semua unsur berada di SPU Bayangan, kemudian guru menjelaskan tentang sifat dan wujud unsur yang berada di alam, dan menjelaskan bagaimana terbentuknya senyawa.
Dengan cara ini penulis berharap siswa memperoleh gambaran yang jelas tentang unsur dan senyawa. Kemudian jika unsur atau senyawa bereaksi yang akan menghasilkan zat baru, hal inilah yang menjadi dasar alur berfikir bagaimana terjadinya reaksi kimia dan mengapa murid harus memiliki gerakan kimia hijau.
Jadi tidak serta merta murid bersikap tanpa mengetahui alasan untuk melestarikan lingkungan dan menerapkan 12 prinsip kimia hijau. Dalam pembelajaran ini murid juga dikenalkan peristiwa reaksi kimia di lingkungan sekitar seperti korosi, fotosintesi, peragian dan pemanasan global, sehingga murid dapat menemukan cara agar dapat berkontribusi dengan lingkungannya.
Penulis adalah Guru SMA Negeri 1 Welahan