blank
Dialog interaktif Menumbuhkan Budaya Literasi dalam Rangka Memerangi Hoax yang disiarkan di LPPL Radio Kartini FM (Foto: Kmf)

JEPARA (SUARABARU.ID) – Peluang seseorang mendapatkan berita hoax cukup tinggi. Padahal  informasi yang tidak benar  dan disampaikan berulang-ulang akan dianggap  sebuah kebenaran. Karena itulah literasi begitu penting sebagai penangkal hoax.

Hal tersebut diungkapkan oleh budayawan Udik Agus D.W dalam dialog interaktif Menumbuhkan Budaya Literasi dalam Rangka Memerangi Hoax yang disiarkan di LPPL Radio Kartini FM pada Jumat (2/12/2022).

Dialog yang dipandu oleh Kepala Diskominfo Jepara Arif Darmawan tersebut juga menghadirkan seorang penulis Jwpara yang produktif, Sunardi KS dan Kabid Komunikasi Diskominfo Jepara Muslichan sebagai narasumber.

Menurut Udik Agus D.W yang juga seorang pengawas SMA, kita harus melek akan informasi yang ada saat ini. Hal tersebut agar kita tidak “digulung” dengan informasi, utamanya hoax. Melek literasi adalah benteng yang penting, tambahnya

Ia juga menjelaskan, berdasarkan survey di tahun 2016, terdapat sekitar 43 ribu situs mengaku sebagai portal berita. Sedangkan yang terverifikasi pada saat itu hanya kisaran 300 situs”, kata Udik. Karena itu hoax memiliki ruang untuk berkembang. Padahal hoax memiliki tujuan utama menyesatkan, jelas Udik

Sementara Sunardi KS  menjelaskan perbedaan informasi yang ada saat ini dengan informasi di zaman dulu. “Informasi yang ada saat ini jauh berbeda dengan informasi di zaman dulu,” kata Sunardi,

“Dulu, berita yang dicetak di koran sudah terverifikasi, sedangkan saat ini sangat banyak informasi yang bisa didapatkan dengan mudah melalui internet, tanpa diketahui kebenarannya.” ujarnya.

Melalui dialog interaktif di Radio Kartini FM Jepara, Muslichan menanggapi mengenai budaya literasi. Menurutnya budaya literasi adalah sebuah keharusan dan sangat penting untuk menangkal berita hoax.

“Hoax ini sangat berbahaya, bahkan bisa mengancam keberlangsungan sebuah bangsa. Jika hoax itu disebarkan secara masif akan sangat berbahaya bagi  kehidupan berbangsa, terutama ketika menyerang ideologi,” tambah Muslichan.

Hadepe – Kmf