blank

JEPARA (SUARABARU.ID) – Setelah ditulis SUARABARU.ID tanggal 28 November 2022 dengan judul Nestapa Narimo, Jika Hujan Tidur di Rumah Tetangga, Siapa Peduli ?, bantuan terus berdatangan. Juga dikunjungi sejumlah pejabat dari Dinas Perumahan dan Pemukiman atas perintah PJ Bupati Jepara, serta Camat Batealit Musthaqim, MM untuk melakukan penilaian atau asesmen.

Salah satu bantuan untuk keluarga Narimo datang dari Koperasi Simpan Pinjam Syariah BMT Manfaat Jepara. Bantuan berupa harbel (bata putih) 4 meter kubikm semen 10 sag, pasir dan lem tersebut diserahkan langsung oleh ketuanya, Najamudin Eka S. Sabtu (3/12-2022) pagi dikediaman Narimo, di RT 06 RW 04 Desa Mindahan. Ikut mendampingi pengurus BMT Manfaat, Rahmat Mutada, dan Aris KIswara. Juga petinggi Mindahan Agus Heri Purwanto.

Sebelumnya, Ketua Baznas Kabupaten Jepara Ir Sholih, Kamis (2/12-2022) juga sudah menyerahkan bantuan senilai Rp. 11.450.000,- berupa pasir 1 dam, herbel 2 meter kubik, keramik 24 dus, semen 15 sak, 3 buah pintu jati, 2 ikat reng ukuran 3 meter, springbed / kasur ukuran 200 cm ×180 cm dan uang sebesar Rp. 3 juta untuk biaya tukang batu.

blank
Ketua BAZNAS Kabupaten Jepara Sholih saat menyerahkan bantuan kepada Narimo didamping Camat Batealit Musthaqim

Menurut Ketua Tim Penggalian Dana, Supadi, untuk sementara rumah Narimo sudah jadi dengan ukuran 3 × 6 m dari donatur dengan total bantuan Rp. 18 juta. Bantuan tersebut diantaranya dari tukang ojeg, anggota DPRD Helmy Thurmudy, paguyuban pedagang pasar Mindahan, buruh panggul pasar, petinggi Mindahan serta donatur pribadi.

“ Karena itu bantuan dari Baznas dan Koperasi Simpan Pinjam Syariah BMT Manfaat Jepara rencananya akan digunakan untuk menambah lebar rumah 4 meter sehingga nantinya rumah narimo akan berukuran 6 X 7 meter,” ujar Supadi.

Narimo sendiri sejak tahun 2019 mencoba mengajukan bantuan pemugaran rumah tidak layak huni ke Dinas Perumahan dan Pemukiman Kabupaten Jepara. Namun belum mendapatkan

Disamping itu selama ada bantuan BLT maupun PKH dari pemerintah Narimo juga tidak pernah mendapatkan bantuan. Beras Raskin juga tidak pernah. “Padahal fisiknya cacat, tidak bekerja, tidak punya rumah yang layak huni. Tapi yang kaya dan punya mobil, rumah nya mewah malah mendapatkan PKH,” ujar Supadi.

Pria yang cacat dangan tinggi badan sekitar 90 Cm yang memiliki dua orang anak ini seakan tak tersentuh program ini. Akibatnya, setiap musim penghujan tiba, ia harus mengungsi kerumah tetangganya agar tidak kehujanan saat tidur. Pasalnya, genting rumah Narimo tidak mampu lagi membendung air hujan.

blank
Wartawan sauarabaru Id bersama Narimo, petinggi Mindahan Agus Hari Purwantto dan ketua tim penggalian dana untyuk Narimo,  Supadi (Hadepe)

Narimo semula pernah bekerja sebagai tukang sapu disebuah pabrik yang tidak jauh dari rumahnya. Namun karena ada pengurangan karyawan, ia kini tidak lagi bekerja. Sementara istrinya menjadi buruh ngampelas dengan gaji Rp. 30 ribu per hari. Dari penghasilan istrinya itulah keluarga Narimo membiayai kebutuhan hidup sehari-hari.

Kini Narimo masih menunggu Bantuan Rehab Rumah Tidak Layak Huni dari Pemkab Jepara.”Asesmen sudah dilakukan oleh Dinas Perumahan dan Pemukiman,” ujar Sekda Edy Sujatmiko.

Hadepe