blank
Berbagi dengan sesama adalah tindakan yang sepantasnya dilakukan dalam kehidupan. Foto: Dok Masruri

Namun demikian, keberhasilan hidup itu tidak ditentukan dari ukuran materi saja. Yang terutama justru mengalami kehidupan yang damai. Setelah itu  didekati rezeki yang menentramkan, ilmu yang manfaat, sifat yang tawaduk (rendah hati), tubuh yang sehat, dsb.

Siapa yang tidak tahan lelahnya belajar, harus siap-siap menerima penderitaan. Jadi ingat nasihat para guru sepuh, sapa enome gelem rekasa (puasa, tirakat, doa, belajar) insya Allah di kemudian hari akan mulia.

Sapa enome murka (serakah, maksiat, dsb.) tuwane bakal urip rekasa. Sapa wani ngelih, bakal dadi jalma linuwih, sapa sing tekun, ilate bakal duweni kun fayakun.

Ingat nasihat guru, usia muda jangan buru-buru mencari pacar,  utamakan carilah ilmu, harta dan wanita itu bisa didapat dengan ilmu. Apa pun yang diinginkan ada dalam ilmu. Siapa istikamah dalam kebaikan insyaallah memetik buahnya, nandur pari bakal panen pari.

Suatu saat saya bertemu pasangan suami istri yang pedagang buah dan sayur yang keuntungannya tidak seberapa namun anak-anaknya bisa menyelesaikan pendidikannya. Saya punya dua sahabat yang memandang rezeki dari sudut yang berbeda.

Teman yang pertama nyleneh. Dia tidak mau menabung, uang disaku harus secepatnya keluar untuk hal-hal yang menfat bagi sesama. Dia yakin, karena Tuhan Maha Mencukupi, maka uang disaku harus segera habis, agar nanti cepat diberi lagi.

Teman kedua mengatur keuangannya sangat rapi dan ketat. Dia  terinspirasi kisah Nabi Yusuf AS yang membuat “Bulog” untuk menyimpan pangan disaat makmur sebagai persiapan jika suatu saat datang paceklik.

Kedua teman itu dikemudian hari kehidupnya beda. Teman pertama berjodoh anak lemunting yaitu anak perempuan lahir tunggal  dan mewarisi kekayaan mertuanya. Sedangkan teman kedua, usahanya maju karena keuletan dan manajemennya yang bagus.

Ini kombinasi yang saling melengkapi keanekaragaman makhluk-Nya itu memang berbeda cara, walau hasilnya bisa sama atau serupa dan sama-sama baiknya. Kalau saya manajemennya sama dengan teman pertama, yang walau tarekat dan auradnya mungkin berbeda.

Al Hasib, (Yang Maha Membuat Perhitungan) Karena Dia yang dibutuhkan olah apa yang dimiliki-Nya. Allah adalah pengukur setiap sesuatu dan Dia yang mencukupi. Walau caranya kadang berbeda, namun arahnya sama, yaitu kebaikan.

Teman-teman saya kebanyakan orang yang susah menyimpan uang karena habis terus, namun mereka tidak pernah khawatir kekurangan apalagi kelaparan. Mereka juga tidak pernah mencatat  keuangan. Punya rekening hanya untuk numpang lewat saja.

Dan itu lebih banyak bermanfaat bagi orang lain, sosialnya tinggi, sedekah tidak sungkan-sungkan. Kata para guru, istilahnya tidak perlu dihitung-hitung, diingat-ingat, nanti malah tidak  tambahi sama Gusti Allah.

Semua manusia punya jalan berbeda namun menuju arah yang sama, yaitu keharibaan Tuhan sebagai tempat peristirahatan sejati. Maka, siapa di antara mereka yang paling bermanfaat bagi sesamanya, itulah yang terbaik dan insya Allah selamat.

Masruri, penulis buku praktisi dan konsultan metafisika tinggal di Sirahan Cluwak Pati