Menurutnya, meskipun kondisi ekonomi warga Desa Banyusidi tidak terlalu rendah, namun masuk zona merah kemiskinan. Hal itu terkait dengan kasus stunting dan anak putus sekolah yang cukup tinggi di Desa Banyusidi.

“Artinya pendidikan itu sebuah keniscayaan yang harus didorong dan ditempuh. Terlebih Desa Banyusidi masuk zona merah kemiskinan, sehingga untuk bisa keluar dari zona merah kemiskinan diantaranya adalah pendidikan dan bebas stunting,” jelasnya.

Dalam kesempatan tersebut,  wagub didampingi Kepala Disperakim Jateng Arief Djatmiko, Kepala Biro Infrastruktur dan Sumber Daya Alam Setda Jateng, Dadang Somantri, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Jateng, Widi Hartanto, perangkat Desa Banyusidi, pengurus Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Jateng, serta Forkopimda setempat meninjau kondisi rumah warga penerima bantuan rumah tidak layak huni (RTLH) dari Baznas.

Usai meninjau kondisi RTLH dan lokasi peternakan kambing, wagub dan rombongan melakukan penanaman pohon bersama yang merupakan rangkaian HUT ke-51 Korpri, kemudian melihat dan berbincang dengan ibu-ibu PKK Banyusidi yang sedang memainkan alat musik tradisional di sanggar karawitan desa.

Kegiatan tinjauan di Desa Banyusidi ditutup dengan penyerahan berbagai bantuan untuk warga Desa Banyusidi. Antara lain bantuan untuk perbaikan RTLH, bibit tanaman, bantuan paket perlengkapan sekolah, bantuan makanan tambahan penanganan stunting, santunan anak yatim berupa paket peralatan sekolah dan uang tunai, bantuan pelatihan pemberdayaan masyarakat, dan sebagainya.

Sebagai informasi, Desa Banyusidi merupakan desa binaan Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (Disperakim) Jateng dalam program Satu OPD Satu Desa Dampingan sebagai upaya penanggulangan kemiskinan di Jateng.

Hery Priyono