blank
Dialog interaktif penguatan aksi moderasi agama di sekolah di Pendopo Bupati Wonosobo. Foto : SB/Muharno Zarka

WONOSOBO(SUARABARU.ID)-Direktur Pendidikan Agama Islam pada Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Amrullah, mengatakan moderasi beragama harus diwujudkan dalam aksi nyata dalam kehidupan di masyarakat. Tidak sekadar dalam bentuk program saja.

“Dalam penguatan aksi moderasi beragama juga harus ada persepsi yang sama, menyangkut sikap toleransi, komitmen kebangsaan dan menghargai budaya lokal antar umat beragama. Sehingga akan terwujud kehidupan beragama yang rukun dan damai,” tegasnya.

Penegasan tersebut disampaikan Amrullah, saat jadi keynote speech dalam acara dialog interaktif bersama guru agama SMP-SMA se-Kabupaten Wonosobo yang digelar Gerakan Towel Indonesia. Dialog bertema “Penguatan Aksi Moderasi Beragama di Sekolah” tersebut berlangsung di Pendopo Bupati setempat, Rabu (23/11/2022).

Selain Direktur PAI Kemenag RI Amrullah, pembicara lain dalam acara itu, yakni Dr H Z Sukawi MA (Ketua F-KUB/Rektor Unsiq Jateng), Totok Jumantoro (Kasi PAIS Kemenag Kabupaten Wonosobo) dan Idham Cholid (Pembina Gerakan Towel Indonesia).

Dikatakan Amrullah moderasi beragama menjadi program prioritas Kemenag RI. Penguatan aksi moderasi beragama tidak saja menjadi tanggungjawab guru agama di sekolah. Tapi menjadi tugas kolektif semua orang di setiap level kehidupan di masyarakat.

“Hanya saja guru agama di sekolah punya tugas khusus. Bagaimana mereka melakukan penguatan aksi moderasi di tataran siswa, guru dan warga sekolah lainnya. Umat beragam di sekolah harus saling menghargai, menghormati dan tolong menolong dalam kebaikan,” sebutnya.

Dengan demikian, tidak ada klaim sepihak, bahwa agama yang dianutnya yang paling benar. Penganut agama lain juga bisa melaksanakan ajaran agama sesuai keyakinannya. Kehidupan beragama di sekolah, yang terdapat siswa dan guru beragama lain, harus dijamin berlangsung toleran.

Cermin Indonesia

blank
Direktur PAI pada Ditjen Pendis Kemenag RI, Amrullah, saat diwawancarai wartawan. Foto : SB/Muharno Zarka

Sukawi mengungkapkan kondisi kerukunan umat beragama di Wonosobo sangat baik. Apa yang ada di Indonesia ada di sini. Sehingga daerah pegunungan ini bisa jadi cermin kerukunan hidup beragama di Indonesia. Guna membangun hal itu, F-KUB juga punya program gotong royong cegah radikalisme (Gong Cekar).

“Kunci bagi terbangunya kerukanan beragama itu ada di komunikasi, kolaborasi, kreatifity dan penghormatan pada kearifan lokal. Alhamdulillah di Wonosobo juga sudah terbangun Desa Kerukunan dan Kampung Pancasila. Jadi aksi moderasi beragama sudah berjalan di masyarakat,” tegasnya.

Sementara itu, hal senada ditambahkan Idham Cholid, pembina Gerakan TOWEL Indonesia. Dia menandaskan penguatan aksi moderasi beragama itu menegaskan adanya integritas sebagai bentuk agama yang rahmatan lil alamin, solidaritas dan sikap tenggang rasa (toleransi) antar umat beragama.

“Sebenarnya soal wacana pluralisme, toleransi dan segala macamnya itu, sudah digaungkan almarhum KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sejak dulu. Saat ini, tinggal dikuatkan aksi nyata di lapangan. Nah, dimulai dari sekolah, guru agama bisa menjadi salah satu agen penguatan aksi moderasi beragama,” tegasnya.

Kasi PAIS Kemenag Wonosobo Totok Jumantoro berharap guru agama di sekolah umum mendapatkan perhatian lebih dari Kemenag RI. Sebab, mereka punya tugas berat di sekolah. Selain jadi agen penguatan aksi moderasi beragama juga harus mampu mencetak karakter anak didik yang baik.

“Guru agama memang jadi kunci pelaksanaan moderasi beragama di sekolah. Mereka harus mampu menanamkan sikap yang benar. Seperti hanya karena aku benar, belum tentu kamu salah. Guru agama juga harus bisa jadi tauladan (uswatun khasanah) bagi siswa, kompeten dan profesional,” katanya.

Di luar itu, guru agama harus juga musti mampu menjadi motivator, inspirator. Di era digital ini, tidak bisa mereka melakukan kegiatan belajar mengajar secara konvensional. Guru agama harus terus belajar karena anak didik bisa jadi lebih menguasai tehnologi informasi ketimbang gurunya.

Muharno Zarka