Namun, dalam pekerjaannya dirinya tidak sesuai dengan yang dijanjikan hingga akhirnya terlantar di Samarinda.

 

Dari keterangannya, Eling Supiyanto mengaku dirinya dijanjikan mendapat upah harian Rp130 ribu ditambah dengan uang lembur Rp130 ribu.

“Ternyata sampai di sana, beliau tidak dapat lembur. Cuma dapat upah Rp1,4 juta dan dikirimkan ke keluarganya,” ungkap Kusnanto.

Saat mengikuti proyek tersebut, Eling sempat sakit. Pihak mandor mempersilakan untuk pulang dengan catatan ongkos ditanggung sendiri.

Hingga akhirnya, Eling berusaha untuk pulang kampung. Dirinya menumpang truk yang pulang setelah mengantar besi hingga akhirnya diturunkan ke kantor polisi setempat.

Dari kantor polisi, Eling dibawa ke rumah singgah milik Dinsos Samarinda. Keinginan Eling kuat untuk pulang, hingga akhirnya muncul berita viral terkait dirinya sampai ke Kabupaten Grobogan.

“Setelah itu kami berkoordinasi dengan Dinas Sosial Kabupaten Grobogan dan akhrinya dilakukan pemulangan secara estafet,” tambah Kusnanto.

Pemulangan secara estafet ini menggunakan jalur udara. Mulai dari rumah singgah tempat Eling tinggal sementara menuju ke Bandara APT Pranoto, Samarinda.

Dari Samarinda, Eling terbang menuju ke Surabaya. Di sana, Eling telah dinanti oleh PRG Korcab Surabaya.

Kemudian, PRG Korcab Surabaya mengantarkan Eling menuju ke kampung halamannya di Kabupaten Grobogan.

“Alhamdulilah, tidak butuh waktu lama, Pak Eling sudah bisa berkumpul dengan keluarganya. Kemarin sudah sampai di Grobogan,” ujar Kusnanto.

Biaya Ditanggung Bersama 

Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Kabupaten Grobogan, Edy Santoso membenarkan adanya seorang pria warga Sindurejo, Kecamatan Toroh, yang telantar di Samarinda.

“Semua biaya kepulangan beliau ditanggung oleh PRG Samarinda, PRG Surabaya dan Dinas Sosial Grobogan. Alhamdulilah, sudah sampai dengan selamat,” ujar Edy Santoso.

Tya wiedya