TEGAL (SUARABARU.ID) – Walikota Tegal Dedy Yon Supriyono menyampaikan indeks kerukunan umat beragama di Kota Tegal semakin tahun semakin mengalami kenaikan. Walikota menyampaikan hal tersebut saat memberikan sambutan pada acara Sarasehan Kebangsaan dalam Rangka Peringatan Hari Santri Nasional Kota Tegal Tahun 2022, Rabu (19/10/2022) di Ruang Adipura Kompleks Balai Kota Tegal.
“Alhamdulillah, menurut data dari Kementerian Agama, Kota Tegal tercinta kita ini memiliki indeks kerukunan umat beragama yang terus naik setiap tahunnya. Dari yang semula sebesar 67,46 di tahun 2020 menjadi sebesar 72,39 di tahun 2021,” ujar Wali Kota Tegal.
Menurutnya, angka ini menunjukan tingginya tingkat toleransi beragama pada masyarakat Kota Tegal. Hal ini juga dapat dilihat dengan minimnya konflik yang disebabkan masalah keagamaan di Kota Tegal. Wali Kota menyebut untuk mempertahankannya dan meningkatkannya merupakan tugas bersama. Khususnya kepada para santri, peringatan Hari Santri ini merupakan momentum untuk manfaatkan dan senantiasa mengingatkan kembali pentingnya toleransi dalam menjaga kerukunan antar umat beragama di masyarakat kita.
“Hal ini tentunya harus terus kita pertahankan dan kita tingkatkan. Dan momen Hari Santri Nasional ini bisa kita manfaatkan untuk senantiasa mengingatkan kembali pentingnya toleransi dalam menjaga kerukunan antar umat beragama di masyarakat kita,” jelas Dedy Yon.
Menurut Dedy Yon, pada hakekatnya para santri adalah pemuda dan pemudi yang tengah berjuang dalam menuntut ilmu. Mereka dengan pemikiran kritis yang masih berkembang mengamati apa saja yang sedang terjadi di sekitar mereka dan memikirkan apa yang bisa diperbuat untuk bangsa dan negara Indonesia lebih maju dan sejahtera di masa yang akan datang.
Dengan tema “Berdaya Menjaga Martabat Kemanusiaan”, perayaan Hari Santri Nasional tahun 2022 ini dimaknai bahwa santri merupakan pribadi yang selalu siap sedia berbakti dan berkorban untuk bangsa dan negara Indonesia.
Dalam menjaga martabat kemanusiaan, para santri, dapat melakukannya dengan memperkuat toleransi antar umat beragama dengan merangkul, melindungi, memberikan empati, dan kepedulian terhadap semua golongan dan lapisan masayrakat tanpa membedakan suku, ras maupun agama.
Dalam Sarasehan memperingati Hari Santri tersebut, pemateri sarasehan, Dr KH Hussein Muhammad, Penulis Buku Fiqih Perempuan, sekaligus Pengasuh Pondok Pesantren Dar Al-Fikr Cirebon memaparkan sejarah santri di Indonesia.
Sutrisno