blank
Bersama anggota keluarga, personel Kokam berseragam loreng, ikut mengangkat jenazah Almarhum Toekidjo dari rumah duka, untuk diberangkatkan ke TPU Kajen, Giripurwo, Wonogiri.(SB/Bambang Pur)

WONOGIRI (SUARABARU.ID) – Umat Islam Kabupaten Wonogiri berduka. Imam ‘sepuh’ Masjid Agung Taqwa (sekarang Masjid At Taqwa) Wonogiri, H Toekidjo HS, berpulang. Tokoh legendaris yang rela memberikan pengabdian secara total sebagai Imam, penjaga dan pengelola MAT ini, meninggal dalam usia 91 tahun.

Sabtu (15/10), jenazah almarhum dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kajen, Kelurahan Giripurwo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri. Berangkat dari rumah duka Kampung Kajen RT 3/RW 11, dilepas oleh ratusan pelayat. Tidak saja umat Islam dan para tokoh agama, tapi juga datang para takziah dari tokoh masyarakat.

Almarhum meninggalkan 7 anak dan 26 cucu serta buyut. Ketua Pengurus Daerah (PD) Muhammadiyah Wonogiri, Drs Kusman Toha MPd, termasuk yang ikut berdukacita karena menjadi putra menantu nomor dua almarhum.

Tokoh masyarakat Eko Slamet Sadono, tampil menyampaikan sambutan atas nama keluarga. Sambutan dari masyarakat diwakili oleh Lurah Giripurwo, Rahardi SSos MM, dan dari Yayasan Muhammadiyah Wonogiri, diwakili oleh Drs Sudirman MQ.

Rahardi berkata: ”Masyarakat merasa kehilangan atas berpulangnya beliau. Saya sendiri punya kenangan khusus, karena setiap salat ke Masjid Agung Taqwa selalu dinasehati oleh beliau.” Bersama seluruh pelayat, Rahardi, memberikan kesaksian bahwa semasa hidupnya beliau adalah orang yang baik.

Perintis IPHI

Sementara itu, Sudirman, mengatakan, almarhum menjalankan ibadah haji pada Tahun 1980. ”Waktu itu dari Wonogiri hanya tiga orang, yakni Eyang Toekidjo bersama ayah mertua dan kakek saya,” ujarnya.

Sepulang haji, almarhum merintis pendirian Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Wonogiri dan tampil menjadi tokoh pemugaran perluasan Masjid Agung yang menggunakan gedung Balai Muslimin.

Semasa hidupnya, Toekidjo, akrab dengan wartawan. Harian Suara Merdeka sebagai koran terbesar di Jateng, pernah memuat profilnya pada edisi terbit Senin Tanggal 16 Agustus 2010.

Toekidjo merupakan pria kelahiran Desa Pidekso, Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri. ”Di zaman penjajahan Belanda, saya sudah angon (menggembala) kambing,” ujarnya 12 tahun lampau.

blank
Dokumen kliping koran tentang profil Toekidjo, yang total memberikan pengabdiannya untuk Masjid Agung Taqwa (MAT) Wonogiri.(Dok.SB/Bambang Pur)

Tahun 1950 bersekolah di Lembaga Pendidikan Pakaryan dan meneruskan ke Sekolah Pertukangan di Kota Wonogiri. Sebelum kemudian bekerja di Pendidikan Masyarakat (Penmas), dan pensiun sebagai Penilik Penmas Wonogiri Tahun 1992.

Presiden Soeharto

Bersamaan masa pensiunnya tiba, berlangsung pemugaran MAT dengan konstruksi dua lantai yang kemudian diresmikan Presiden Soeharto Tanggal 3 Maret 1992 sebagai Masjid Agung Kabupaten Wonogiri.

Sejak itu, Toekidjo, diminta untuk menjadi pengelolanya. Karena sebelum itu, dia sudah berulangkali terlibat dalam pemugaran Masjid Agung Taqwa yang terletak di sisi barat laut Kantor Bupati Wonogiri tersebut.

Pernah ketika Pejabat Sekda Wonogiri dijabat oleh Kabag Kesra Abdul Manan BA (Almarhum), yakni sekitar Tahun 1960-an, Toekidjo, mendapat perintah mencari kayu jati ke Perhutani di Ngawi, Jatim, untuk pemugaran Masjid Taqwa.

Masjid tersebut awalnya dibangun oleh Mangkunegaran yang pendiriannya dilakukan oleh H Umar Saleh (penyandang gelar Haji pertama di Kabupaten Wonogiri). Umar Saleh adalah ayah Abdul Manan dan dikenal sebagai tokoh Umat Islam di Wonogiri.

Bambang Pur