blank
Arief Pangestu bersama dosen FE USM. (Foto:humas USM)

KEGAGALAN adalah keberhasilan yang tertunda. Prinsip hidup itu yang dipegang oleh Arief Pangestu. Kegagalannya menjadi ketua Dewan Mahasiswa (Dema) dalam Pemilihan Raya Mahasiswa (Pemira) tidak menyurutkan tekadnya untuk terus berkarya.

”Saya ikut pemilihan Duta FE 2022 itu berawal dari nasib kurang baik pada ajang Pemira FE, rasanya masih kecewa dan pesimistis karena belum berhasil mendapatkan hasil yang terbaik dalam pemira,” kata Duta Fakultas Ekonomi (FE) tahun 2022.

Dalam penyemangat hidupnya ada sosok yang diidolakan pria yang lahir di Sengkang, 15 Maret 2002 tersebut.

Sosok yang menjadi idola Wakil Ketua Dewan Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Semarang (Dema FE USM) tersebut adalah seorang kiai dari pondok pesantren terbesar dan tertua di Sulawesi Selatan yakni pondok pesantren As’adiyah bernama KH. Nurdin Maratang, S.Ag.

Alasan dia mengidolakan sosok kiai karismatik itu karena mamu memberikan solusi dalam setiap permasalahan hidup yang dihadapi.
”Beliau adalah salah satu kiai pakar Ilmu Fiqih yang menjadi panutan saya untuk bertanya,” ujar pria yang berasal dari Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan.

Dia mengatakan, menjadi Duta FE tidak dapat dipungkiri memiliki segudang aktivitas untuk membranding fakultas, sehingga setiap kegiatan Organisasi Kemahasiswaan (Orma) FE, Duta FE turut disertakan untuk memeriahkan kegiatan tersebut.

”Tugas Duta ini fokus untuk mempromosikan FE USM. Selama masa Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB), Duta FE juga turut mempromosikan FE USM,” ungkap pria yang hobi kulineran.

Dalam menjalani kehidupan, Arief selalu yakin semua yang telah terjadi pada dirinya adalah pemberian yang terbaik oleh Allah Swt. Atas dasar itu dia selalu berpegang teguh untuk selalu menerima dan menjani kehidupan.

”Menurut saya segala hal yag terjadi kepada kita telah ditentukan oleh Allah Swt. Oleh karena itu apa pun yang terjadi, kita harus terima dan jalani,” ujarnya.

Muhaimin