blank
Pembatik Difabel Blora Mustika menyelesaikan perjaannya.

BLORA (SUARABARU.ID)- Tim Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Semarang (PkM USM) melakukan pengabdian kepada kelompok pembatik difabel Blora Mustika (DBM) pada 12 September 2022.

Ketua Tim PkM USM, Prof Dr Kesi Widjajanti MM mengatakan, kegiatan didanai oleh Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat. Tujuan kegiatan tersebut adalah penguatan manajemen usaha dan peningkatan inovasi keberagaman produk batik difable Blora, Jawa Tengah.

blank
Produk batik karya pembatik difabel Blora Mustika dipasarkan.

”Mitra merupakan kaum difable yang membentuk komunitas difabel yang diberi nama Difabel Blora Mustika (DBM). DBM terdiri atas 50 orang anggota difabel pengrajin batik dan yang aktif membatik sekitar 10 orang,” ujarnya.

Berdasarkan analisis situasi, katanya, kelompok pembatik difabel Blora memiliki permasalahan dalam aspek produksi dan manajemen usaha (keuangan dan pemasaran). Oleh karena itu, kegiatan pengabdian ini difokuskan pada tiga aspek yaitu aspek produksi, aspek keuangan, dan aspek pemasaran.

”Permasalahan dalam aspek produksi yaitu hanya mampu membuat produk berupa lembaran-lembaran kain batik. Kain batik tersebut memiliki desain yang monoton, tidak memperhatikan selera pasar, kurang modern dan tidak mengikuti fashion,” ungkapnya.

Menurutnya, kejenuhan pasar tersebut menyebabkan produk batik DBM tidak mampu bersaing di pasar, dan menurunkan omzet penjualan.

Selain itu dalam proses membatik, terutama untuk batik cap, mitra hanya menggunakan kertas karton yang dibentuk pola dan maksimal hanya bisa dipakai untuk membuat 100 batik karena mudah rusak.

”Pembuatan motif dengan kertas bagi kaum difabel sangat susah terlebih jika motif yang dibuat terlalu kecil. Untuk mendukung penciptaan keanekaragaman produk dan pengembangan motif, mitra memerlukan sebuah alat cap batik (cetak logam).

Alat tersebut akan memudahkan para difabel dalam proses produksi dan mempercepat waktu pembuatan motif batik,” tandasnya.

Dia mengatakan, untuk permasalahan aspek pemasaran yaitu jangkauan pemasaran mitra yang masih sangat terbatas. Mayoritas dalam memasarkan produk mitra hanya menunggu konsumen yang datang dan melakukan pemasaran dari mulut ke mulut.

”Selain itu kurangnya keterampilan dalam penggunaan teknologi informasi serta mitra belum mempunyai strategi khusus untuk memasarkan produknya,” jelasnya.

Sedangkan permasalahan pada aspek keuangan, lanjutnya, yaitu dalam hal pengelolaan keuangan, Pembukuan keuangan hanya berupa catatan-catatan dalam kertas, tidak tertata rapi dan tidak mampu mengcover semua transaksi keuangan.

”Kegiatan pengabdian ini untuk mengatasi permasalahan pada aspek produksi yaitu Fasilitasi Alat Cap Batik (Cap Logam), kompor, kain, water glass dan Pelatihan serta dan Workshop Inovasi Keberagaman Desain dan Produk Batik,” jelasnya.

Adapun kegiatan pengabdian yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan pada aspek pemasaran yaitu pelatihan pemasaran online dan penggunaan teknologi informasi, pembukaan kesempatan kerja sama dengan berbagai pihak untuk menambah event-event pameran dan pembukaan chanel distribusi pasar baru.

”Sedangkan kegiatan pengabdian yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan pada aspek keuangan meliputi pelatihan pembukuan dan pengelolaan keuangan untuk UMKM dan Pelatihan penentuan harga jual produk,” tambahnya.

Dia mengatakan, rencana target capaian luaran dalam program PKM ini adalah terjadi peningkatan keberagaman produk batik, peningkatan omzet, peningkatan kuantitas, peningkatan kualitas produk, peningkatan keterampilan dan pengetahuan dalam strategi pemasaran dan pengelolaan keuangan.

Selain itu juga peningkatan pangsa pasar baru, perluasan jangkauan pemasaran, serta peningkatan networking.

Muhaimin