Hendi juga meminta lurah dan camat untuk memastikan bahwa tim pendata mewakili respondennya dengan jujur. “Mungkin ada yang khawatir bahwa output tim pendataan dan responden akan memberikan dampak yang tidak bagus. Contohnya, mengaku tidak bekerja, padahal bekerja. Mengaku belum pakai gas LPG, padahal sudah pakai. Itu sangat berpengaruh,” terang Hendi.
Karenanya, tambah Hendi, di situlah fokus pertemuan lurah dan camat sebagai tim pendamping pendataan sangat perlu supaya data-data ini dapat diperoleh dengan baik, rigid, detail, dan nanti bisa menjadi sebuah analisis terkait kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah baik pusat, provinsi maupun daerah.
Hendi juga menyoroti aduan masyarakat terkait penyaluran bantuan yang tidak tepat sasaran. Ia menilai, banyaknya aduan tersebut mengindikasikan perlunya dilakukan perbaikan data.
“Tahun 2022 ini begitu banyak bantuan yang akan masuk. Tapi yang terjadi setelah bantuan itu turun, di media sosial baik di milik pemerintah kota maupun milih saya, selalu (ada komentar), ‘Pak, saya ini lebih miskin daripada tetangga saya yang dapat bantuan. Kenapa bukan saya yang mendapat bantuan tersebut?’ Maka mudah-mudahan Regsosek ini bisa berjalan dengan baik, lancar, berkah datanya sekalian karena data yang diinput akan membuat Indonesia maju, Jawa Tengah gayeng, dan Semarang semakin hebat,” pungkasnya.
Hery Priyono