blank
Salah satu performance art dalam seni lingkungan.

JEPARA (SUARABARU.ID)- Dua seniman seni rupa asal Yogyakarta Anusapati dan Iwan Wijono dihadirkan di Jepara untuk berdiskusi tentang environmental art atau seni lingkungan.

Keduanya membagikan ilmu tentang seni lingkungan dalam agenda Master Class Pengkaryaan. Ini merupakan agenda menuju Jepara Environmental Art Bennale (JEAB).

Dalam pemaparannya, Anusapati, menyatakan bahwa Jepara memiliki sejarah panjang dan potensi kebudayaan yang besar. Untuk itu, mestinya karya-karya seni rupa berbasis environmental art bisa muncul lebih banyak dan besar.

“Seniman-seniman Jepara, dari dulu terkenal sangat kritis kalo soal lingkungan,” kata dosen Seni Murni Institute Seni Indonesia Yogyakarta ini.

Namun begitu, Anusapati mewanti-wanti agar para perupa mengutamakan riset mendalam terkait obyek lingkungan yang akan dijadikan sebagai karya. Sebab, melalui riset dan datalah karya-karya seni rupa bisa berbicara tentang sikap dengan jelas dan tegas.

Sementara itu, Ketua Panitia JEAB, Taufiqurrohman, menyampaikan bahwa master class ini diagendakan untuk memantik munculnya wacana-wacana seni berbasis lingkungan. Alasannya, lingkungan di Kabupaten Jepara sendiri banyak memiliki magnet untuk dituangkan menjadi sebuah karya seni rupa.

“Menuju JEAB ini, kami berharap kita bisa mendapatkan inspirasi untuk merespon kondisi lingkungan di Jepara. Lalu menjadikannya sebagai karya,” kata Taufiq, Selasa (6/9/2022).

Berbeda, Iwan Wijono, menjelaskan materi terkait pemanfaatan sampah lingkungan menjadi karya. Dirinya menyarankan agar para perupa Jepara lebih peka terhadap lingkungan dan kondisinya.

Menurutnya, alam tidak mengenal sampah, kerusakan dan bencana. Kecuali intervensi manusia yang tidak harmoni dengan mekanisme alam.

“Keindahan seni terletak pada peristiwa atau konteksnya. Seni kontekstual muncul mempertemukan pikiran publik, data ruang dan waktu di mana seni dipresentasikan,” tutur seniman sekaligus aktivis dan pekerja sosial asal Yogyakarta ini.

ua