Kalau di sini, lanjut Cleopatra, hutannya tidak selebat di hutan Papua. Namun kayunya yang diproduksi sangat bagus untuk mebeler dan untuk pembuatan rumah.
“Kayu jatinya juga kuat, sehingga petugasnya juga menggunakan helm, saat melakukan pekerjaan tebangan,” ujar Cleopatra.
Sedangkan untuk regu 1 yang terdiri dari putra semua juga mencoba menebang dan juga memikul kayu hasil tebangan, Wahyu siswa SMKK N Manokwari Papua Barat keturunan Jawa menyampaikan bahwa ngambil kayu sambil memikul cukup berat.
“Berarti orang yang curi kayu itu ototnya kuat-kuat,” Kata Wahyu dengan bahasa Indonesia logat khas Papua.
Kalau di sini mau masuk hutan juga agak dekat. Wahyu membedakan waktu praktek di Maluku, hutannya sangat jauh bahkan harus jalan hampir 20 km. “Tapi kita di sini diantar pakai bus hanya 45 menit sudah sampai lokasi tebangan,” ucap Wahyu.
Siswa SMKK N Manokwari Papua Barat sebanyak 35 orang ini akan praktik di dalam kawasan hutan sekitar 45 hari sisanya teori administrasi di perkantoran. Dengan demikian peserta paham dan tahu tata cara pengelolaan hutan lestari di Perum Perhutani KPH Mantingan.
Kudnadi Saputro