blank
Fasilitas di Perpustakaan Kota Magelang, (Dok)

MAGELANG (SUARABARU.ID) – Perpustakaan Kota Magelang sukses menerapkan program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS).

Terkait itu, beberapa waktu lalu Perpustakaan Kota Magelang berhasil meraih predikat ‘terbaik’ di ajang Peer Learning Meeting (PLM) Jawa Tengah. PLM i menjadi bagian dari apresiasi penerapan program TPBIS.

Program TPBIS diciptakan Perpustakaan Nasional RI tahun 2018. Tujuannya, untuk meningkatkan kualitas literasi sumber daya manusia (SDM), sehingga berujung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Sub Koordinator Pengolahan Layanan dan Pelestarian Bahan Perpustakaan, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Disperpusip) Kota Magelang, Leny Adriana Mesah mengatakan, penilaian PLM dimulai sejak Januari-Juli 2022.

Pihaknya rutin mencatat dan melaporkan ke Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, tentang teknis dan strategi yang diterapkan Perpustakaan Kota Magelang dalam mendukung program TPBIS.

Menurutnya, ada tiga kriteria utama penilaian PLM meliputi promosi, advokasi dan pelibatan masyarakat.

‘’Ketiga kriteria ini terus kami lakukan, tetapi yang paling besar adalah pelibatan masyarakat. Kami bekerja sama dengan stakeholders terkait, cukup sering menggelar bedah buku, penjabaran teoritis, yang ilmunya bisa diterapkan di masyarakat. Termasuk juga memiliki ‘Bunda Literasi’ yang secara tidak langsung terkait dengan pelibatan masyarakat,’’ katanya kemarin.

Pihaknya juga aktif melibatkan peran masyarakat lewat bermacam aktivitas transformasi pengetahuan, seperti pelatihan, tutorial maupun penjabaran teori. Ilmu-ilmu yang ada di perpustakaan dibagikan kepada seluruh komponen, termasuk komunitas literasi dan masyarakat Kota Magelang secara umum.

‘’Misalnya, dari OPD mau menggelar pelatihan promosi UMKM, yang sebenarnya ilmu itu berasal dari buku-buku perpustakaan. Nah, kami bisa membantunya untuk menyosialisasikan ilmu itu kepada masyarakat,’’ ujarnya.

Menurutnya, perpustakaan memiliki peran membentuk manusia yang unggul bersumber pada kedalaman pengetahuan yang dimiliki atau literasi. Yang dimaksud literasi, bahwa objek tidak sekadar bisa membaca sampai tuntas suatu buku, tetapi mereka juga mampu memahami seluruh konteks keilmuan di dalam buku tersebut.

‘’Perpustakaan tidak hanya mengajari sekadar baca, tapi bisa bertransformasi dan membuka peluang dari ilmu yang telah didapat itu,’’ tuturnya.

Kepala Disperpusip Kota Magelang, Arif Barata Sakti berharap, capaian Perpustakaan Kota Magelang menjadi Perpustakaan Terbaik se-Jateng versi PLM, dapat menjadi cambukan pihaknya untuk senantiasa meningkatkan program literasi berbasis inklusi sosial.

‘’Sudah sejak lama memang kita terapkan inklusi sosial. Dari penghargaan ini, saya harapkan kita lebih semangat lagi untuk melibatkan semua kelompok masyarakat atau komunitas agar tidak hanya meningkatkan daya baca, tetapi juga mendalami ilmu-ilmu hasil membaca,’’ ujarnya.

Dia optimis, dengan peduli terhadap literasi seseorang akan mendapat peluang lebih besar untuk mengembangkan potensi dengan menggali hal-hal penting dari sumber ilmu pengetahuan yang relevan.

‘’Literasi dan transformasi layanan berbasis inklusi sosial merupakan amanat dari Perpustakaan Nasional. Kami pun menaruh konsentrasi terkait program ini dengan harapan kita bisa bangkit dari pandemi sekaligus meningkatkan literasi yang ujungnya mampu meningkatkan kesejahteraan kehidupan,’’ harapnya.

Doddy Ardjono