blank
Citra satelit sitinggil Kalinyamat (Google jpg).

Oleh: Khanif Hidayatullah

JEPARA (SUARABARU.ID)- Situs Sitinggil (Siti Hinggil) yang berada di desa Kriyan diyakini sebagai bekas peninggalan reruntuhan keraton kerajaan Kalinyamat. Kalinyamat merupakan kerajaan maritim yang terletak di Jepara pada abad 16. Kerajaan di pesisir utara Jawa tersebut mencapai puncak keemasannya pada era Ratu Kalinyamat yang oleh kalangan Portugis dikenal dengan Rainha de Japora (Ratu Jepara).

blank
Lokasi bekas sitinggil Keraton Kalinyamat di Desa Kriyan.

Kerajaan Kalinyamat diperkirakan berdiri sejak 1527-1579 dengan  periode pemerintahan era Sultan Hadlirin, Ratu Kalinyamat, dan Pangeran Arya Jepara. Kalinyamat dengan pelabuhan Jeparanya memiliki letak yang strategis dalam lintasan jalur perniagaan rempah dari Malaka hingga Maluku. Kemajuan kemaritiman diberbagai sektor seperti ekonomi, politik, budaya, dan sistem pertahanan menjadikan Kalinyamat Jepara sebagai salah satu poros maritim penting di kawasan Asia Tenggara.

Keraton Kalinyamat menurut P. J. Veth yang dikutip oleh Chusnul Hayati dalam artikel “Ratu Kalinyamat: Ratu Jepara yang Pemberani”, menemukan istilah penting yang bersumber dari berita Portugis tentang ibukota kerajaan laut atau kota pelabuhan yang terletak 3 mil, sekitar 12,5 pal ke pedalaman yang disebut dengan Cerinhama ‘Cherinhama’. Istilah tersebut merujuk pada suatu wilayah yang bernama Kalinyamat. Drs. Soeroto dalam Demak dan Pajang, menerangkan Kalinyamat letaknya di pedalaman, kira-kira 15 km dari kota Jepara. Di sana terdapat keraton Ratu Kalinyamat”.

blank
Area sitinggil.

Keraton yang berpusat di Kalinyamat memiliki fungsi sebagai puri, pesanggrahan, atau istana kerajaan. Agustinus Supriyono dalam “Tinjauan Historis Jepara sebagai Kerajaan Maritim dan Kota Pelabuhan”, Ratu Kalinyamat sebagai ratu para pelaut dan pedagang bertempat di kota pelabuhan, keraton Kalinyamat yang terletak 18 km dari Jepara sebagai tempat peristirahatan.

Pusat pemerintahan atau keraton dari Kerajaan Kalinyamat melalui berbagai sumber literatur yang telah ada menjelaskan berada di daerah Kalinyamat. Secara administratif daerah tersebut pada masa sekarang menjadi wilayah Kecamatan Kalinyamatan.

Gambaran tentang reruntuhan keraton Kalinyamat telah dijelaskan oleh Bosch, berdasar pada keterangan Th. C. Leeuwendaal memberitakan di daerah tersebut terdapat tempat-tempat yang bernama Kriyan, Pacinan, Kauman, dan Sitinggil.

Secara toponimi, nama-nama tempat yang diberitakan oleh Bosch mempunyai afiliasi historis tentang sebuah pusat kota bandar yang heterogen. Seperti adanya Pacinan dan Kauman. Nama desa Kriyan, Kalinyamatan sendiri yang mempunyai situs Sitinggil berasal dari istilah sanskerta ‘rakriyan’ yang bermakna tempat tinggal para bangsawan. De Graaf & Pigeaud dalam Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa: Peralihan dari Majapahit ke Mataram, menuliskan bahwa Kalinyamat pada abad 16 menjadi tempat kedudukan raja-raja kota pelabuhan.

Situs Sitinggil Keraton Kalinyamat terletak di Desa Kriyan, Kecamatan Kalinyamatan, Kabupaten Jepara. Lokasi situs berada di sekitar area belakang SMP Islam Sultan Agung 3. Situs Sitinggil tidak jauh dari akses utama Jalan Raya Welahan, Jepara.

Sitinggil (Siti Hinggil) secara etimologi berasal dari kata siti mempunyai arti tanah dan hinggil berarti atas. Siti Hinggil adalah suatu tanah (tempat) yang ditinggikan. Siti Hinggil secara umum merupakan bagian dari suatu keraton sebagai pusat kerajaan. Situs Sitinggil yang berada di desa Kriyan yang tersisa berupa lahan terbuka dengan gundukan tanah yang agak tinggi. Di sekitar area Situs Sitinggil terdapat reruntuhan bebatuan yang tertimbun oleh tanah.

Informasi tentang lokasi reruntuhan keraton Kalinyamat diperkuat oleh data empiris Admiral Antonio Hurt pada September 1678 ketika melakukan ekspedisi dari Jepara ke Kediri. Hurt melihat kolam dengan banyak kura-kura jinak didalamnya, di dekat Kalinyamat. Dalam tradisi kerajaan kuno, kolam kura-kura merupakan bagian dari konsep taman istana kerajaan Jawa.

Keraton Kalinyamat berada dalam sebuah benteng yang digunakan sebagai sistem pertahanan pusat pemerintahan. Benteng keraton Kalinyamat diperkirakan memiliki panjang keliling 5-6 km persegi. Pusat pemerintahan Kalinyamat dikelilingi dinding tembok besar yang berbatas hingga sekitar jalan Jepara-Kudus, Sungai Bakalan, dan Desa Robayan.

Nama Kalinyamatan yang digunakan sebagai nama kecamatan di daerah Kabupaten Jepara mempunyai nilai historis tentang sejarah pusat pemerintahan kerajaan maritim Kalinyamat. Memori kolektif tentang Kalinyamat dilestarikan oleh masyarakat desa Kriyan, Kalinyamatan, dan sekitarnya salah satunya melalui tradisi budaya Baratan.

Kegiatan budaya Festival Baratan yang dilaksanakan setahun sekali pada tanggal 15 bulan sya’ban. Acara festival dimulai dengan doa bersama seluruh elemen masyarakat dan setelahnya diadakan kirab budaya dengan tokoh pemeran utama Ratu Kalinyamat (Ratu Jepara).

Situs Sitinggil yang berada di desa Kriyan merupakan bagian sejarah tentang Kerajaan Kalinyamat. Situs Sitinggil menjadi sebuah kekayaan historis bagi daerah Kabupaten Jepara. Mengingat sejarah Kerajaan Kalinyamat sebagai kerajaan maritim yang kuat kebudayaan laut dan tradisi baharinya, dapat menjadi salah satu preseden untuk mencapai kemajuan bangsa Indonesia sebagai poros maritim dunia di masa mendatang.

(Khanif Hidayatullah, Pelestari Sejarah dan Kebudayaan Jepara. Tinggal di Jepara)