blank
Tim Puslitkes LPPM Undip, Dr. Dra. Ayun Sriatmi, M.Kes tengah menyampaikan materi terkait imunisasi anak. Foto: Ning Suparningsih

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Diponegoro (Undip) bekerja sama dengan UNICEF menyelenggarakan “Media Visit and Media Training for Routine Immunization” yang digelar di Grasia Hotel Semarang, Sabtu (20/8/2022).

Dalam mensukseskan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN), UNICEF dan mitra pelaksana program di Jawa Tengah dan Jawa Timur menyelenggarakan pelatihan jurnalis mengenai program imunisasi rutin dan tambahan selama periode BIAN.

“Tujuan kegiatan ini untuk meningkatkan kemampuan jurnalis dalam melakukan penulisan berita maupun informasi imunisasi yang layak anak,” kata tim Puslitkes LPPM Undip, Dr. Dra. Ayun Sriatmi, M.Kes.

Ayun berharap, setelah diadakannya kegiatan ini jaringan jurnalis memahami pentingnya peran media dalam meningkatkan cakupan imunisasi.

“Jaringan jurnalis dapat memproduksi berita untuk meningkatkan cakupan imunisasi rutin dengan informasi dan data yang valid, serta perlawanan terhadap berita imunisasi yang tidak tepat (hoax),” ujar Ayun.

Dijelaskan bahwa capaian imunisasi dasar lengkap menurun signifikan dari 93,7% pada tahun 2019 menjadi 84,2% pada tahun 2020 dan 2021. Padahal, presentase yang dicapai oleh Pemerintah Indonesia sebelum pandemi masih dibawah angka yang diajukan oleh WHO, yaitu 95% divaksinasi.

“Hal ini menyebabkan sekitar 800 ribu anak di Indonesia berisiko lebih besar tertular penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin seperti difteri, tetanus, campak, rubella, dan polio,” terangnya.

blank
Para peserta pelatihan “Media Visit and Media Training for Routine Immunization” berfoto bersama tim LPPM Undip. Foto: Dok/LPPM Undip

Menurut Ayun, risiko penularan lebih besar ini ditunjukkan terjadinya peningkatan kasus dan KLB (Kejadian Luar Biasa) PD3I (polio, hepatitis B, pertusis, difteri, haemophilus influenzae tipe B, campak dan tetanus).

“Risiko transmisi polio di Indonesia terjadi di 28 Provinsi dan 373 kabupaten/kota yang termasuk risiko tinggi. Padahal komitmen global akan melakukan eradikasi polio pada tahun 2026,” tandasnya.

Selain polio, lanjut Ayun, kasus difteri pada tahun 2021 juga terjadi di 96 kabupaten/kota di 23 Provinsi. Hal ini menjadi perhatian penuh pemerintah untuk sesegera mungkin memastikan anak-anak mendapatkan perlindungan dari berbagai penyakit melalui imunisasi.

Untuk mengejar cakupan presentase yang tertinggal selama pandemi, Pemerintah Indonesia menyelenggarakan BIAN yang dimulai pada Mei 2022 di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Sementara tahap II berlangsung pada Agustus 2022 di Jawa dan Bali.

Disebutkan, selama periode BIAN, satu dosis imunisasi campak-rubella akan diberikan terlepas dari status imunisasi sebelumnya, sesuai target berdasarkan rekomendasi yang ditetapkan untuk masing-masing wilayah.

“Satu atau lebih jenis imunisasi akan diberikan untuk melengkapi status imunisasi anak usia kurang dari 5 tahun. Untuk memastikan suksesnya BIAN, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan optimis terhadap dukungan seluruh pihak,” tuturnya.

Kolaborasi pentahelix merupakan salah satu cara untuk meningkatkan cakupan imunisasi rutin dan imunisasi kejar pada anak, termasuk dukungan dari media massa.

“Pada kampanye imunisasi yang tidak tepat dapat berpengaruh terhadap penolakan masyarakat akan imunisasi,” imbuhnya.

Dalam kegiatan pelatihan jurnalis program imunisasi rutin dan tambahan selama periode BIAN ini, juga dihadirkan Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jateng, Aris Mulyawan yang menyampaikan materi terkait pedoman liputan anak sekaligus diskusi.

Ning Suparningsih