blank
Valentino Simanjuntak bersama Ketua Umum PSSI, Mohammad Iriawan. Foto: instagram

Oleh: Amir Machmud NS

blankSIAPA kita? Indonesia…!”

Pekik patriotik nan histerik itu selalu saya tunggu setiap kali menyaksikan tayangan langsung tim nasional sepak bola kita, terutama untuk kelompok-kelompok usia muda.

Siapa lagi biangnya kalau bukan Valentino Simanjuntak?

“Mr Jebret” itu kembali menemukan “habitat” saat menjadi host siaran laga-laga Piala AFF U16 di Yogyakarta, yang berpuncak dengan kemenangan Muhammad Iqbal Gwijangge dkk atas Vietnam di final.

Gaya Valentino terasa menyentuh dalam merajut ruh keindonesiaan. Dia seperti memosisikan diri menjadi motivator pelecut anak-anak yang bermain. Tak peduli ketika timnas sedang menyerbu pertahanan lawan, tak peduli pula saat anak-anak Garuda Asia sedang dalam tekanan. Dia melecut, dan terus melecut…

Kadang-kadang kalimatnya terkesan lebay, tetapi sejatinya mewakili perasaan kita yang sedang membuncah senang, atau tengah dililit haru-biru ketegangan.

Ia juga suka mengutip kalimat heroik Bung Karno, “Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia…”

Ungkapan-ungkapan simbolik yang unik kerap dia sisipkan di sela-sela ketegangan laga. “Menteri perhubungan”, untuk menyebut pemain gelandang yang menjadi penyambung lini belakang dan barisan penyerang.

“Umpan membelah lautan” untuk mengistilahkan umpan terobosan. Juga “umpan LDR” sebagai kata ganti ekstrem umpan jarak jauh.

Pun, kini dia munculkan ungkapan baru, “Tendangan yang tidak direstui semesta” untuk menggambarkan pemain lawan yang gagal menyelesaikan peluang.

Dan, inilah histeria khas milik Valen saat terjadi gol untuk tim yang merepresentasikan diri kita, “Jebreeettt…”

Sejak AFF 2013
“Ceruk gaya” host Valentino Simanjuntak itu mulai dia populerkan dalam Turnamen Piala AFF U19 2013 di Stadion Delta Sidoarjo. Ketika itu yang kemudian ngetop bukan hanya Evan Dimas dkk, tetapi juga Mr Jebret.

Awalnya, “kecerewetan” komentar Valen terasa aneh dan mengganggu penikmatan menyaksikan tayangan langsung. Lama-lama, nonton laga yang tanpa celoteh riuh Valentino menjadi terasa “senyap”. Ada sesuatu yang kurang. Artinya, dia mampu memberi warna dan pembeda.

Dalam amatan saya, “kegilaan” Valen memuncak dalam dua laga timnas U19 dan U16. Dua penampilan yang menurut saya merupakan bagian dari performa-performa terbaik timnas dalam sejarah sepak bola kita.

BACA JUGA: Iqbal Gwijangge dan Puisi Cinta di Stadion Maguwoharjo

Pada 2013 di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, Evan Dimas dkk yang diasuh Indra Syafri mampu menundukkan Korea Selatan 3-2 dalam kualifikasi Piala Asia U20.

Kedua, tim U16 yang diperkuat Bagus Kahfi dkk asuhan Fahri Husaini secara mengejutkan mengempaskan Iran 2-0 dalam laga Pra-Piala Asia U17.

“Panduan” Valentino terasa “menyatukan” rasa kebangsaan kita. Para pemain yang notabene berasal dari berbagai daerah di Tanah Air dikolaborasikan dalam orkestrasi kebinekaan yang kental, dan jadilah, “Siapa kita? Indonesia…!”

Pun di Stadion Maguwoharjo, Jumat 12 Agustus kemarin. Para pemain dari berbagai daerah dirakit sebagai keping-keping puzzle oleh Bima Sakti menjadi adonan keindonesiaan yang memikat.

Wajah Indonesia
Simaklah sebagian “wajah” kebinekaan timnas U16 ini. Kiper Andrika Fathir Rachman misalnya, berasal dari Jakarta. Sedangkan kapten yang terpilih sebagai pemain terbaik, Muhammad Iqbal Gwijangge lahir di Sumedang dan berdarah Papua.

Muhammad Nabil Asyura hadir dari Payakumbuh, Kafiatur Rizky sang pencetak gol kemenangan berasal dari Tangerang. Pencetak gol tendangan bebas spektakuler ke gawang Myanmar, Muhammad Riski Afrisal asal Blitar, sama dengan Arkhan Kaka Putra.

Sragen menyumbang pemain belakang tangguh, Habil Akbar. Cirebon punya Ridzar Nurviat Subagja, Probolinggo patut bangga memiliki gelandang penuh bakat Figo Denis Saputrananto, Yogyakarta punya Achmad Zidan Arrosyid. Sedangkan dari Bali tercatat I Komang Ananta Krisna Putra.

Betapa indah olahraga merajut keindonesiaan, tanpa dilatari kepentingan politik, agama, status, dan sekat primordi apa pun.

Sukses timnas U16 di Piala AFF memberi pesan moral tentang wajah nyata Indonesia dalam jiwa olahraga. Betapa orisinal hakikat kebinekaan dalam wajah spirit kerja sama dan kesalingbergantungan. Saling memberi dan menerima, dan mereka saling melengkapi.

“Siapa kita? Indonesia…!”

Amir Machmud NS, wartawan suarabaru.id, kolumnis sepak bola, dan Ketua PWI Provinsi Jawa Tengah