WONOSOBO(SUARABARU.ID)-Bedhol Kedhaton menjadi salah satu rangkaian prosesi wajib setiap memperingati Hari Jadi. Tahun ini, Bupati bersama Jajaran Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompimda) melakukan prosesi tersebut, dimulai dari pengambilan mata air Tirto Perwitosari.
Kemudian dilanjutkan melakukan ziarah ke Makam Ki Ageng Wanasaba, dan Jagong Budaya di Desa Plobangan Kecamatan Selomerto.
Prosesi pengambilan mata air berasal dari Tuk Sampang di Desa Plobangan yang dilakukan oleh sesepuh desa. Kemudian dikirab dan diarak berjalan kaki bersama-sama untuk diserahkan kepada Bupati Wonosobo pada malam harinya.
Saat ziarah di Makam Ki Ageng Wanasaba, Kepala SMPN 1 Selomerto Teguh Imam Prabowo menjelaskan seluk beluk sejarah singkat Ki Ageng Wanasaba sebagai tokoh berpengaruh di Wonosobo.
Jelasnya, Ki Ageng Wanasaba memiliki nama asli Kyai Ageng Ngabdullah dan merupakan kakak kandung Nyai Ageng Ngerang yang pertama. Pada masa hidupnya, ia dikenal sebagai seorang pemimpin yang hebat dan berkharisma.
Ki Ageng Wanasaba dipercaya dan diyakini sebagai waliyullah, yang telah melanglang buana ke berbagai tempat dalam rangka mencari ilmu sekaligus menyiarkan agama Islam.
Beliau juga merupakan cucu dari Prabu Brawijaya V, Raja Majapahit dan merupakan putra Raden Bondan Kejawan, Lembu Peteng.
Dikisahkan, Ki Ageng Wanasaba adalah putera Raden Bondan Kejawan, Lembu Peteng serta menjadi tokoh berpengaruh terkait cikal bakal berdirinya Kabupaten Wonosobo.
“Ki Ageng Wanasaba itu Putera Raden Bondan Kejawan, Lembu Peteng, beliau menjadi tokoh berpengaruh dalam cikal bakal berdirinya Kabupaten Wonosobo,” imbuhnya.
Ziarah di Makam Ki Ageng Wanasaba, bertujuan untuk menghormati jasa para leluhur Wonosobo terdahulu. Dengan rangkaian, doa dan tabur bunga oleh Jajaran Forkompimda.
Bupati Wonosobo Afif Nurhidayat menuturkan, sebagai pewaris atas hasil perjuangannya, kita wajib menjaga dan meneruskan nilai-nilai luhur, melalui bentuk perilaku yang berbudaya dan bermanfaat bagi sesama membangun Wonosobo tercinta.
”Mari kita bersama meneruskan nilai perjuangan leluhur Wonosobo yang telah tiada, terus berperilaku baik dan gunakan jatah usia kita termasuk untuk Wonosobo,” kata bupati.
Pengingat Bersama
Menurutnya, seni budaya sebagai karakter diri bangsa, perlunya dijaga kelestarian dan keanekaragamannya supaya tidak punah. Dengan menjaga kelestariannya berarti telah menjunjung harkat dan martabat bangsa.
Selain itu, Afif mengingatkan, momentum Hari Jadi Kabupaten Wonosobo Ke-197, menjadi pengingat bersama, untuk terus maju bergotong royong mewujudkan pembangunan daerah menuju masyarakat yang sejahtera, “Gumregah Makaryo Sesarengan”.
“Melalui potensi ragam kesenian yang ada di Plobangan, saya harap masyarakatnya semakin makmur dan sentosa,” harap Afif.
Kepala Desa Plobangan Rusmanto mengapresiasi Pemkab Wonosobo yang telah menyukseskan kegiatan di Plobangan.
Diharapkan, ke depan ada peningkatan fasilitas sarana dan prasarana utamanya di Makam Ki Ageng Wanasaba sebagai wisata religi. Yang berdampak meningkatnya sendi-sendi ekonomi pelaku UMKM yang makin tumbuh dan berkembang.
“Terima kasih kepada Pemkab Wonosobo yang turut menyukseskan acara Bedhal Kedhaton dan Jagong Budaya ini, saya harap Pemkab lebih membantu menfasilitasi sarana dan prasarana pada wisata religi yang kami miliki serta nasib pelaku UMKM di Plobangan,” tandas Rusmanto.
Senada dengan Rusmanto, Warga Plobangan Suwarno menyampaikan, fasilitas di Makam Ki Ageng Wanasaba belum memiliki sarana ibadah yang memadai.
Sebab, peziarah yang datang ke makam legendaris itu, dari waktu ke waktu semakin banyak sehingga kenyamanan juga penting untuk diperhatikan.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Bupati Wonosobo M Albar menekankan, masyarakat harus bergotong royong bahu membahu menyelesaikan segala permasalahan yang ada dengan musyawarah atau rembug warga.
Bedhal Kedhaton dan Jagong Budaya juga dimeriahkan dengan berbagai penampilan kesenian seperti Tari Gambyong Lengger, Tari Sulasih dan Jangkrik Genggong, Angguk, dan Karawitan. Juga acara donor darah yang diikuti Bupati dan Wakil Bupati Wonosobo.
Muharno Zarka