blank
Pasukan Pengibar Bendera Pusaka sedanmg beraksi. Foto: Tangkapan layar youtube

Benny mengatakan, dalam era digital, internet dan media sosial memiliki nilai dan bagian luar biasa dalam kehidupan manusia, keberadaannya yang tidak mengenal ruang dan waktu membuat masyarakat tak sadar makin tergantung kepada Internet.

Karena hal tersebut terjadi pergeseran nilai dimasyarakat, sekarang masyarakat lebih mementingkan kepopuleran, kuantitas mengenai berapa like, view dan share yang mengakibatkan terjadinya  penyalahgunaan media sosial.

Media sosial cenderung mengedepankan sensasi, konten nirfaedah, dan berita bohong hal ini sejalan dengan perumpamaan Plato tentang manusia yang masuk gua besar dan meraba raba.

“Kebenaran di era digital ini cenderung mengedepankan persepsi, bukan kesadaran kritis dalam mengolah informasi ,” kata dia.

Saat ini setiap orang bisa menjadi berita (news), keterbukaan ruang publik di alam digital  membuat siapa saja dapat menjadi sumber informasi hingga siapapun yang kreatif, berteknologi tinggi dengan konten yang dapat mempengaruhi masyarakat, dialah yang paling unggul.

“Hal ini menyebabkan ruang publik direduksi menjadi alat kepentingan, bukan ruang dialektika untuk memajukan masyarakat, ruang publik seharusnya menjadi ruang dialog multi arah bukan sekedar tempat bermonolog para individualis yang tidak menghargai perasaan orang lain dan nilai nilai yang berkembang dalam masyarakat,” ujar dia.

Karenanya diharapkan para Paskibraka harus tampil dalam upaya  menjadikan ruang milik kita bersama ini kembali menjadi ruang terbuka yang santun tempat kita bisa berbagi nilai nilai kebaikan serta persatuan dan kesatuan yang merupakan jiwa Indonesia.

Para Paskibraka hendaknya dapat selalu  bijaksana dalam bermedia sosial dengan  mensaring konten yang kita  punya dan dapatkan  sebelum membagikan berita tersebut dalam Ruang ruang Publik media sosial.