Kaitannya dengan Pancasila, tambah Romko Benny, dengan dimulai pengamalan nilai ketuhanan. Saat orang beriman, dia takut kepada Tuhan, sehingga dia menghargai manusia lainnya sebagai ciptaan Tuhan, tidak menyebarkan hoaks dan kebencian. “Nilai kemanusiaan tersebut membuat orang menghargai dan mencintai sesamanya, sehingga menciptakan persatuan,” ujar dia.
Pakar komunikasi politik sekaligus budayawan itu mengatakan, saat persatuan tercipta, tidak ada lagi ada perasan “saya menang, kamu kalah” tetapi perasaan bersama-sama menang.
“Merasa bersama-sama menang, bersama-sama mencapai tujuan. Itulah nilai sportivitas yang berlandaskan Pancasila. Dan inilah yang harus dicerminkan oleh setiap orang,” ujar rohaniwan Katolik kelahiran Malang ini.
Benny pun penyerukan agar masyarakat membangun budaya sportif. “Sportivitas harus menjadi kultur, kebiasaan, dan itu dimulai dari kearifan lokal. Mari berpikir global bertindak lokal. Naikkan lagi dongeng dengan semangat kearifan lokal lewat dongeng yang mengajarkan hidup dalam harmoni dan gotong royong. Nilai-nilai ini dimulai dari keluarga, sekolah, dan lewat media sosial,” tambahnya.
Salah satu pendiri Setara Institute itu, pada penutupan paparannya, menuturkan bahwa bangsa Indonesia harus memantulkan cahaya Pancasila.
“Menjadi sportif salah satu bentuk menjadi manusia Pancasila. Gunakan sumber daya yang ada, untuk memantulkan cahaya Pancasila dalam kehidupan sehari-hari,” tutupnya.
Kearifan Lokal Asean Para Games
Isnan Wihartanto pun memberikan pernyataannya tentang penyelenggaraan 11th Asean Para Games yang akan dilaksanakan di Surakarta.