WONOSOBO(SUARABARU.ID)-Sebelum melakukan kunjungan kerja (kunker) ke Desa Wisata Sembungan Kejajar, Wonosobo Jawa Tengah, Menteri Pariwista dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Solahudin Uno, melakukan ziarah makam Kiai Walik di komplek PP Al Mansur Kauman, Sabtu (2/7/2022), malam.
Sandiaga memasuki makam Kiai Walik yang berada di belakang Masjid Al Mansur, sekitar pukul 22.00 WIB. Sebelumnya, dia melakukan ramah tamah dengan sejumlah santri PP Al Mansur dan pelaku UMKM dari kalangan pesantren di serambi Masjid Al Mansur.
Di makam Kiai Walik, Sandiaga didampingi pengasuh PP Al Mansur KH Achmad Haedar Idris beserta Ibu, pejabat teras Kemenparekraf, Mustasyar PCNU Wonosobo H A Mauludin Fanani dan beberapa sesepuh Kampung Kauman Utara Wonosobo.
KH Achmad Haedar Idris, menyebut Kiai Walik, Kiai Kolodete dan Kiai Karim merupakan pendiri kota Wonosobo. Ketiganya yang bubak alas sekaligus mengembangkan ajaran Islam di daerah pegunungan tersebut hingga berkembang seperti saat ini.
“Makam Kiai Walik, sebagaimana makam KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Tebuireng Jombang Jawa Timur, sering dikunjungi peziarah lintas agama, suku, ras dan antar golongan. Jadi makam Kiai Walik tidak hanya diziarahi kaum muslim,” terangnya.
Kirim Doa
Di dalam makam, Menparekraf mendapatkan banyak informasi seputar sejarah dan ketokohan Kiai Walik. Dia juga mengirimkan doa dan membaca surat Al Fatikhah. Sandiaga tampak khusyuk saat memanjatkan doa yang dipimpin KH Achmad Haedar Idris.
Pihaknya mengaku kagum dengan peran dan ketokohan yang ada pada diri Kiai Walik. Maka, wajar jika saat ini makamnya banyak disinggahi peziarah dari berbagai daerah. Bahkan mereka bukan umat Islam saja tapi juga umat non muslim.
“Generasi muda saat ini harus bisa meneruskan perjuangan yang telah dirintis Kiai Walik, Kiai Kolodete dan Kiai Karim, yang telah mendirikan daerah Wonosobo. Beliau termasuk tokoh yang sangat inspiratif dan membumi,” ujarnya.
Makam Kiai Walik ini, sebutnya, jadi destinasi wisata religi utama di antara distinasi wisata religi sejenis yang tengah dikembangkan di Wonosobo. Para santri diharapkan bisa memanfaatkan peluang tersebut untuk memproduksi peci serta kaos khas dan dijual di lokasi wisata religi yang ada.
“Setiap santri harus punya ghirah (semangat) 3G. Yakni gercep (gerak cepat), gerber (gerak bersama) dan gaspoll (garap semua potensi termasuk online). Santri tidak boleh jadi kaum rebahan tapi jadilah agen perubahan,” cetusnya.
Muharno Zarka