blank
Para GTT dan PTT lingkup Dikbud Wonogiri, secara bergiliran maju menandatangani penerimaan SK Pengangkatannya di hadapan Bupati Wonogiri Joko Sutopo (kiri).(Dok.Prokopim Wonogiri)

WONOGIRI (SUARABARU.ID) – Sebanyak 2.697 orang Guru Tidak Tetap (GTT) dan Pegawai Tidak Tetap (PTT) di lingkup Dinas Pendidikan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Wonogiri, menerima Surat Keputusan (SK) Pengangkatan menjadi Aparat Sipil Negara (ASN) berstatus Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K).

Selama ini, mereka tekun berjuang sebagai GTT/PTT dengan honor rendah belasan tahun lamanya. Dengan diterimanya SK pengangkatan sebagai P3K, mereka akan memperoleh penghasilan setara gaji PNS, yang ini akan menjadikan nasibnya lebih sejahtera.

Kabag Prokopim Pemkab Wonogiri Mursid Suroto dan Juru Warta Esti, mengatakan, penerimaan SK digelar selama 2 hari di Pendapa Rumah Dinas Bupati Wonogiri. Yakni pada hari ini Senin (27/6) sebanyak 1.300 dan Selasa (28/6) besok sebanyak 1.397.

Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kabupaten Wonogiri, Joko Purwidyatmo, mengatakan, jumlah GTT yang lolos seleksi ada 2.698 orang. Tapi ada satu orang yang meninggal, sehingga jumlah penerima SK Pengangkatan sebanyak 2.697 orang.

Ini menjadi sejarah kepegawaian di Kabupaten Wonogiri. Bupati Wonogiri, Joko Sutopo, mengatakan, baru di Kabupaten Wonogiri yang mau mengakui keberadaan GTT/PTT sebanyak itu. Bupati memastikan, seleksi ribuan ASN P3K di Wonogiri ini zero transaksi.

Proses Panjang

”Hari ini berdiri di depan saya pribadi-pribadi yang ikhlas dan berkomitmen, yang bisa diangkat di posisi seperti ini harus melewati proses yang sangat panjang, belasan tahun. Kelulusan ini merupakan prestasi panjenengan semua,” tandas Bupati.

Bupati berharap, kepada mereka bisa membantu mengatasi berbagai permasalahan yang melibatkan anak. ”Tidak cuma mengajar, namun juga mendidik anak-anak melalui tata nilai, moralitas, sopan santun dan aspek-aspek lainnya,” harap Bupati.

Menurut Bupati, guru memiliki peran vital untuk mengatasi pergeseran perilaku sosial anak, yang itu bisa disebabkan oleh banyak hal. Mulai dari media sosial, kemajuan teknologi dan hal lainnya.

Pada bagian lain, Bupati mengatakan masih ada anak putus sekolah. Data Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Wonogiri, angka anak putus sekolah mencapai 6.000. Terkait ini, Bupati bakal melakukan verifikasi ulang atas angka tersebut.

Sebuah Keprihatinan

”Sebab ini menjadi sebuah keprihatinan. Di saat sekolah sudah gratis, seragam gratis dan ada program beasiswa,” tutur Bupati sembari menambahkan penyebab anak drop out, salah satunya karena aspek kultur. Masih ada orang tua yang berpendapat sekolah untuk apa, yang penting bisa segera bekerja.

Bupati mengaku pernah terjun ke Kecamatan Kismantoro, dimana ada 28 anak nyaris putus sekolah di jenjang SD ke SMP atau SMP ke SLTA. Yang problemnya bukan masalah biaya, namun karena pola pikir. Setelah dilakukan pendekatan dan intervensi, tinggal dua saja yang tidak meneruskan pendidikannya.

Terkait hal tersebut, Bupati minta peran para guru untuk dapat memberikan kontribusinya dalam mengubah pola pikir masyarakat. Para guru bisa menjadi agent of change di wilayah tugasnya masing-masing. Yakni untuk melakukan edukasi, bukan hanya kepada siswa tapi juga kepada orang tuanya. Sehingga angka putus sekolah dapat ditekan.

Sementara itu, kepada 621 GTT yang tak lolos seleksi tahap satu dan dua, bakal diangkat menjadi PPPK. Terkait ini, Bupati mengatakan sudah mengusulkan ke pusat agar mereka diangkat menjadi PPPK.

Bambang Pur