blank
Seorang petani kopi Muria sedang memanen kopi. Foto: Ali Bustomi

KUDUS (SUARABARU.ID) – Petani kopi di lereng Pegunungan Muria menggelar acara wiwit kopi sebagai penanda mulainya panen raya, Kamis (23/6) sore. Hanya sayangnya, saat ini petani masih belum bisa menikmati sedapnya harga jual kopi sebagaimana sedapnya aroma kopi Muria.

Tradisi wiwit kopi di kawasan lereng Pegunungan Muria tahun ini digelar secara sederhana. Puluhan petani yang tergabung dalam kelompok tani Kopi Desa Colo, hanya menggelar selamatan di sekitaran kebun kopi yang lokasinya berada di atas pegunungan Muria.

“Tradisi ini digelar sebelum panen raya, jadi masing-masing petani dengan keluarganya membawa ambengan (bekal) dari rumah. Kemudian kami berdoa bersama dan makan bersama di tengah perkebunan,” kata Ketua Kelompok Tani kopi Desa Colo, Purbo Wiyanto

Walau terkesan sederhana, tradisi yang terus digelar setiap tahun itu menyimpan makna yang mendalam bagi para petani di sana.

Usai memanjatkan doa yang dipimpin oleh tokoh agama setempat, mereka lalu menyantap semacam bekal pakem yang berisi nasi, ayam, telur, tahu, tempe, dan kuluban yang mereka bawa dari rumah secara beramai-ramai.

“Meski sederhana, namun selametan ini sebagai wujud rasa syukur petani kopi atas panen yang ada tahun ini,”paparnya

Sedapnya harga kopi

Sementara, menghadapi panen raya ini, petani belum bisa merasakan harga yang memuaskan. Harga tahun ini cenderung belum beranjak di angka Rp 25 ribu per kilogram untuk green bean.

Padahal, harga kopi Muria pernah mengalami kejayaan saat menembus angka Rp 40 ribu per kilogram.

“Menjelang panen raya ini juga harganya masih di kisaran ini, di tahun kemarin sempat ada permintaan kenaikan namun tahun ini stabil kembali,” ucap Purbo.

Bahkan, sebagian petani kopi Muria masih menjual hasil panennya dalam bentuk brongkol kopi yang dijual ke pengepul dengan harga yang jauh lebih rendah yakni Rp 500 ribu per kuintal alias Rp 5 ribu per kilogram.

Sebagian brongkol kopi sendiri, dibeli oleh pengepul dari Kabupaten Wonosobo maupun Temanggung dan sebagiannya lagi dijual di koperasi kopi milik para petani kopi di Desa tersebut.

“Saat ini kan mereka menjualnya terserah ya mau dijual ke mana, ya memang rata-rata ke daerah Wonosobo dan Temanggung,” ucapnya.

Ali Bustomi