“Maka pemerintah seperti tergagap-gagap dalam mengimplementasikannya. Banyak tantangan demi tantangan yang harus dihadapi,” kata Jamal Wiwoho.
Acara dihadiri Plt. Kepala Biro Kerja Sama dan Humas Kemendikbudristek, Anang Rustanto, S.E., M.A.; Direktur Esekutif Indikator, Burhanuddin Muhtadi, Ph.D.; dan Peneliti Senior Indikator, Dr. Rizka Halida, M.Psi.
Prof Dr Jamal Wiwoho SH, MHum lebih lanjut mengemukakan, tantangan dimaksud meliputi pemerataan kualitas guru untuk mengurangi disparitas kualitas pendidikan masing-masing sekolah, penerapan pembelajaran dengan Higher Order Thinking Skills (HOTS), peningkatan kompetensi guru dalam pengembangan materi serta metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif.
“Juga menyeimbangkan antara fleksibilitas pembelajaran dengan penjaminan mutu pembelajaran, implementasi assesmen kompetensi minimum dan survei karakter yang berkualitas dan komprehensif, recovery atas potensi learning loss yang mungkin terjadi selama pembelajaran daring karena pandemi covid-19,” kata Prf Jamal.
Yang juga menjadi tantangan adalah mendorong kemandirian belajar siswa, sehingga tidak terlalu bergantung pada guru, peningkatan fasilitas sekolah terutama kaitannya dengan fasilitas berbasis teknologi, revitalitasi pendidikan karakter dan soft-skills siswa sesuai dengan yang diamanatkan di UU Pendidikan Nasional.
Kualitas pendidikan di suatu negara berkorelasi erat dengan tingkat inovasi dan menjadi salah satu tolok ukur daya saing bangsa. Daya saing bangsa yang tinggi akan mendorong kemandirian dan pada akhirnya membawa kesejahteraan bangsa.