KOTA MUNGKID(SUARABARU.ID)- Selain mempunyai makanan khas berupa tape ketan, di Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang juga mempunyai makanan yang cukup terkenal.
Namun, nama makanan yang satu ini belum terkenal dibandingkan dengan tape ketan, sedangkan makanan tersebut sudah lama menjadi makanan khas di Muntilan. Selain itu, nama makanan itu sedikit aneh dan asing di telinga masyarakat umum, namanya bubur blendrang.
Makanan tradisional blendrang ini dulunya merupakan salah satu makanan tradisional khas Muntilan, Kabupaten Magelang yang disajikan sebagai menu berbuka puasa di bulan Ramadan.
Namun, lambat laun makanan tersebut saat ini tidak hanya disajikan saat puasa Ramadan saja, melainkan sebagai salah satu kuliner makanan yang dijual setiap hari di wilayah tersebut.
Salah satu warga Desa Gunungpring yang melestarikan kuliner blendrang tersbeut, Sriyati (49), warga Dusun Nepeni, Desa Gunugpring, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang.
Usaha tersebut dilakukan baru sekitar dua tahun ini. Yakni, bermula dari berjualan keliling di beberapa sekolah dasar yang ada di sekitar Kecamatan Muntilan.
Namun, saat ia merintis usaha tersebut pandemic covid menyerang dan pemerintah memberlakukan kebijakan para pelajar belajar secara daring dari rumahnya masing- masing.
“ Dulu sebelum adanya pandemic covid-19, saya berjualan blendrang keliling ke beberapa sekolah yang ada di Muntilan. Saat ada pandemic sekolah-sekolah tersebut libur sementara waktu, sehingga saya memutuskan untuk berjualan di rumah,” kata Sriyati.
Menurutnya, usaha yang ditekuni tersebut untuk melestarikan kuliner warisan dari neneknya yang terlebih dulu berjualan makanan khas Desa Gunungpring tersebut.
Sriyati menambahkan, blendrang disajikan di rumahnya tersebut terdapat dua macam rasa. Yakni rasa kambing dan ayam.
Tetapi, untuk yang bercita rasa kambing tidak setiap hari ada. Karena, selain tulang kambing harganya mahal juga tidak selalu ada di pasar daging. Untuk itu, ia menyiasati berjualan bubur blendrang rasa kambing tersebut hanya di hari Sabtu, Minggu dan Senin.
“Sedangkan blendrang rasa ayam selalu ada setiap hari,” ujarnya.
Untuk harga satu mangkok blendrang tersebut sangat terjangkau oleh kantong pembeli. Bubur blendrang rasa kambing hanya dipatok dengan harga Rp 7.000 per mangkoknya, sedangkan blendrang ayam sedikit lebih murah, Rp 5.000 per mangkok.
Adapun bahan baku yang digunakan untuk membuat makanan blendrang tersebut sangat sederhana.Yakni, tepung beras yang dibuat bubur,kemudian tulang kambing atau ayam sebagai pecita rasa.
Selain itu, juga diperlukan bumbu-bumbu seperti bawang merah, bawang putih dan cabai. Selain itu, sejumlah rempah-rempah juga dicampurkan.
Dalam seharinya, ia mampu menjual bubur blendrang yang terbuat dari tepung beras yang dicampur tulang kambing dan ayam sebanyak 10 kilogram.
“ Warung blendrang saya ini setiap harinya buka mulai pukul 09.00 WIB hingga sekitar pukul 13.00 WIB,” jelasnya.
Sriyati menambahkan, untuk proses pembuatan blendrang tersebut juga sangat mudah. Yakni, air dimasak hingga mendidih kemudian dimasukkan bumbu-bumbunya ada bawang merah, bawang, cabai. Kemudian tulang hingga mendidih hingga menjadi kaldu , lalu tepung beras yang telah diencerkan dimasukkan ke dalam ramuan tersebut.
Anggra, salah satu pelanggan blendrang asal Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang mengaku dirinya sangat ketagihan dengan kuliner tradisional khas Desa Gunungpring, Muntilan tersebut.
“Beberapa waktu lalu, saya ke sini untuk beli blendrang karena mendapatkan informasi dari teman tentang makanan ini. Setelah itu, saya setiap ke Gunungpring menyempatkan diri untuk membelinya,” ujarnya. W Cahyono