blank
Perwakilan kontingen pemenang juara 1,2 dan 3 (Wonogiri, Grobogan dan Pemalang) lomba tari dan lagu daerah tingkat jateng, menerima tropi kejuaraan dan foto bersama dengan juri.(Dok.Dikbud Wonogiri)

WONOGIRI (SUARABARU.ID) – Karya seni ‘Sungkem Ibu Pertiwi’ dari Kabupaten Wonogiri, berhasil lolos untuk maju ke lomba parade tari dan lagu daerah tingkat nasional. Setelah sebelumnya, memenangi gelar juara pertama di tingkat Provinsi Jateng.

Kepala Dinas Pendidikan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Wonogiri, Dr Yuli Bangun Nursanti, melalui Kabid Kebudayaan Eko Sunarsono, semalam, menyatakan, final lomba parade tari dan lagu daerah tingkat Provinsi Jateng, ini digelar Jumat (10/6) di Museum Ranggawarsita, Semarang.

Dalam final tersebut, Kontingen Kabupaten Wonogiri meraih gelar juara pertama. Juara dua dan juara tiga, dimenangi Kontingen Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Pemalang. Sebelum ke babak final, lebih dulu dilakukan babak penyisihan secara Daring yang diikuti 35 kabupaten/kota se Jateng.

Dengan keberhasilannya meraih gelar juara pertama, Kontingen Wonogiri dinobatkan sebagai Duta Seni Jateng, untuk maju ke lomba tingkat nasional. Rencananya, lomba tingkat nasional akan digelar Tahun 2023 mendatang di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta.

Sungkem Ibu Pertriwi, merupakan karya seni gerak dan nada. Yakni sajian seni tari yang dipadukan dengan seni suara lagu-lagu daerah. Dimainkan oleh 30 personel oleh para siswa SMP dan SMA Wonogiri, dengan durasi penyajian selama 6 menit.

Sebagai karya seni orisinil, Sungkem Ibu Pertiwi, digarap dalam sajian seni gerak dan nada (tari dan lagu daerah) yang diilhami oleh keberadaan kaum boro (perantau).

Kaum Boro

Sebagaimana diketahui, sekitar 20 persen dari jumlah penduduk Kabupaten Wonogiri (1,2 juta), menjalani kehidupan sebagai perantau ke berbagai kota besar di Indonesia dan bahkan ke luar negeri.

blank
Sebanyak 30 siswa SMP dan SMA Kabupaten Wonogiri, saat menyajikan Sungkem Ibu Pertiwi di final lomba tari dan lagu daerah tingkat Jateng di Museum Ranggawarsita Semarang.(Dok.Dikbud Wonogiri)

Yang pada setiap datang Hari Raya Idul Fitri, mereka ramai-ramai mudik ke tempat kelahirannya, untuk sungkem (bersilaturahmi) ke orang tua. Sebagai pemudik, mereka guyub rukun Nyawiji Sesarengan Mbangun Wonogiri. Yakni peduli mendukung upaya pembangunan Wonogiri yang kuncoro, termasuk dalam upaya mensejahterakan masyarakatnya.

Diilhami kaum boro yang ramai-ramai mudik, Sungkem Ibu Pertiwi, digarap menjadi karya seni gerak dan nada. Penggarapannya, dilakukan secara kolaborasi oleh Sanggar Seni Ngumandang pimpinan Ki Eko Sunarsono SSn dengan Sanggar Tari Darma Giri Budaya yang dipimpin Loediro Pantjoko SSn.

Ki Eko Sunarsono, adalah seniman dalang Wayang Kulit yang juga mahir menjadi seniman pengrawit dan menjabat sebagai Kabid Kebudayaan di Dikbud Kabupaten Wonogiri. Pimpinan Sanggar Seni Ngumandang ini, juga piawi dalam membuat gending-gending garapan untuk iringan tari dan pagelaran wayang.

Kemudian Loediro Pantjoko, dikenal sebagai koreografer dan ‘suhu’ tari yang hari-harinya melatih dan mengasuh Sanggar Tari Darma Giri Budaya di Pokoh, Wonoboyo, Wonogiri. Sebagai koreografer, Loediro, telah banyak melahirkan karya tari yang memenangi berbagai kejuaraan di tingkat regional maupun nasional.

Loediro juga sukses mengantarkan Group Reog SMK Negeri 2 Wonogiri, berulangkali meraih gelar juara pertama festival Reog Nasional. Festival Reog memperebutkan Piala Bergilir Presiden ini, digelar rutin pada setiap event Grebeg Sura di Alun-alun Kabupaten Ponorogo, Jatim.

Bambang Pur