upanat borobudur
Pengkaji Pelestari Balai Konservasi Borobudur, Brahmantara saat memberikan materi pelatihan penyiapan bahan pembuatan sandal ‘Upanat’ Borobudur, bagi warga sekitar Candi Borobudur. Foto: W. Cahyono

KOTA MUNGKID (SUARABARU.ID)- Sebanyak 40 peserta dari 20 desa yang ada di Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang mengikuti menggelar  pelatihan penyiapan bahan pembuatan sandal ‘Upanat’ Borobudur.

Kegiatan tersebut dilaksanakan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Tekonogi, melalui Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatkan Kebudayaan bekerjasama dengan Balai Konservasi Borobudur.

“Pelatihan ini dilaksanakan sebagai salah satu upaya mencegah keausan batuan Candi Borobudur dengan pembuatan sandal khusus yakni Upanat.  Selain itu, juga untuk  serta pemberdayaan masyarakat di sekitar Candi Borobudur,” kata Koordinator Substansi Pemberdayaan Masyarakat pada Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Syukur Asih Suprojo, Selasa ( 7/6/2022).

Syukut mengatakan, kegiatan pelatihan yang digelar di Balkondes  Tuk Songo, Kecamatan Borobudur tersebut akan berlangsung selama empat hari pada 7 hingga 10 Juli 2022. Sedangkan pesertanya berasal dari  20 desa se-Kecamatan Borobudur dan masing-masing desa mengirim dua orang.

Pengkaji Pelestari Balai Konservasi Borobudur, Brahmantara mengatakan, Balai Konservasi Borobudur

telah  melakukan kajian penelitian terhadap  batuan  Candi Borobudur mengalami keausan karena pengunjung menggunakan bermacam alas kaki.

Selain itu, pihaknya juga melakukan  uji laboratorium untuk melakukan uji terhadap beberapa sampel material alas kaki dan tahap pembuatan sandal khusus.
“Setelah melalui beberapa literasi bentuk, ternyata ada relief di Candi Borobudur, tepatnya Relief Karmawibhangga nomor 150  tentang alas kaki itu. Maka bentuk sandal ini sama dengan bentuk di panel 150 dan disebut sebagai upanat yang berarti alas kaki,” kata Brahmantara.

Ia menjelaskan, penggunaan sandal khusus untuk naik ke Candi Borobudur dapat berpengaruh pada upaya mencegah peningkatan tingkat keausan batu candi khususnya pada bagian batu tangga dan batu lantai. Menurutnya, dari hasil uji gesekan terhadap  material bahan spon ati dengan tingkat kekerasan yang lebih rendah dibandingkan jenis spon batu, mempunyai dampak keausan yang rendah.
Sementara itu, Hetty Herawati, Direktur Pemasaran dan Pelayanan dan Pemasaran PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko ( Persero) mengatakan, pihaknya mendukung upaya konservasi Candi Borobudur . Dan sesuai dengan misinya yakni membuat keseimbangan antara konservasi dan pemanfaatan candi peninggalan Dinasty Syailendra tersebut.

“ Salah satunya,yakni penggunaan sandal Upanat. Yakni, para pengunjung yang naik ke candi dibekali dengan sandal khusus yang melindungi batuan candi dari keausan,” kata Hetty.

Hetty menjelaskan, pihaknya belum bisa memastikan penggunaan sandal ‘’Úpanat” tersebut bagi pengunjung yang hendak naik ke struktur Candi Borobudur. Selain itu, hingga saat ini dari Badan Konservasi  Borobudur juga belum membuka struktur candi tersebut bisa dinaiki oleh pengunjung.  W. Cahyono

 

baca juga :

Sandal Upanat, Sandal Khusus Yang Wajib Dipakai Naik Ke Bangunan Candi Borobudur

Basiyo, Bisa Membuat 20 Pasang Sandal Upanat Dalam Seharinya