blank
Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen, memberi sambutan pada kegiatan Rakor Wilayah dan Pelantikan Forum Silaturrahmi Hafidzah Al Qur’an (FSHQ) Muslimat NU Jawa Tengah, Selasa (7/6/2022). (foto: Humas Setda Prov. Jateng)

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Menjadi seorang perempuan, dituntut untuk pintar. Salah satu alasannya adalah karena perempuan pasti akan menjadi madrasah bagi anak-anaknya.

Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen, pada kegiatan Rakor Wilayah dan Pelantikan Forum Silaturrahmi Hafidzah Al Qur’an (FSHQ) Muslimat NU Jawa Tengah, Selasa (7/6/2022), mengatakan, sebelum anak masuk di pendidikan formal, ibulah yang akan menjadi guru pertama dalam mendidiknya.

“Seorang ibu yang pintar akan berpengaruh pada kecerdasan dan karakter anak. Ibu itu tempat pertama madrasah. Madrasah yang efektif ya di rumah. Apalagi pada masa covid 19. Sekolah diberhentikan, lewat online. Sekolahnya dari rumah. Kalau ibunya tidak pintar, tidak bisa memberikan pendampingan. Akhirnya ya dua tahun tanpa ada pendidikan,” katanya.

Kewajiban seorang perempuan harus pandai, sebenarnya sudah diajarkan dalam kehidupan Rasulullah. Banyak perempuan pandai di sekelilingnya yang terekam sejarah, karena dianggap berpengaruh dan memberikan sumbangan besar bagi perkembangan Islam.

Mereka antara lain adalah istri Rasulullah, Khadijah binti Khuwailid. Khadijah dikenal sebagai pengusaha sukses yang jujur, berpendidikan, dan selalu mendukung suaminya berdakwah.

Kemudian ada Fatimah yang merupakan anak perempuan Rasulullah. Fatimah yang lembut dan cerdas, mendirikan sebuah pondok sufi dan memberikan ceramah tentang Sahih al-Bukhari yang dihadiri banyak pelajar.

Selain itu ada Aisyah yang juga istri Rasulullah. Aisyah merupakan perempuan cerdas dan berpengaruh dalam politik, yang menguasai ilmu fikih, kedokteran dan syair.

“Banyak orang-orang (perempuan), istri Rasulullah yang pintar-pintar. Ini sebenarnya memberikan pembelajaran bagi kita semua, bahwa seorang perempuan itu harus belajar,” katanya.

Taj Yasin pun meminta agar FSHQ Muslimat NU Jawa Tengah sering mengadakan kegiatan pengajian, yang di dalamnya tentu mengandung ilmu. Jangan hanya mengutamakan kehadiran pengurus, karena yang membutuhkan ilmu bukan cuma pengurus.

“Harapannya, nanti jamaahnya akan semakin banyak, sehingga bisa memberikan manfaat lebih banyak kepada masyarakat. Lebih banyak jama’ahnya akan lebih baik untuk pendidikan. Kalau yang mengaji hanya pengurus, kapan masyarakatnya akan mendapat pengajian?,” katanya.

(hery priyono)