blank
Noriana Pratiwi (Semester 8) Universitas Wahid Hasyim Semarang, Prodi Manajemen, Konsentrasi Kewirausahaan menawarkan fesyen model terkini. Foto: Dok/ist

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Generasi muda merupakan pemegang tongkat estafet kepemimpinan di masa depan dan sebagai harapan bangsa.

Saat ini generasi muda marak diperbincangkan mulai dari pendidikan, teknologi, mental, moral, sosial dan budaya. Perbincangan tidak hanya pada sisi positif saja, tetapi juga sisi negatif.

Generasi muda usia 18-31 tahun merasa sedang berasa di situasi quarter life crisis, yaitu fase dimana seseorang membuat pilihan tentang cara terbaik untuk menyesuikan diri di masyarakat, yang ditandai denga perasaan takut, galau, resah, stuck, overthingking atau bahkan depresi.

Saat generasi muda mampu menghadapi quarter life krisis dari sinilah awal perubahan baru akan terjadi. Kaum muda mempunyai pemikiran yang out of the book dan lebih aktif di media sosial sehingga lebih mudah dalam memperoleh segala informasi, mudah berbagi, memiliki semangat yang menggebu-gebu, dan kritis dalam menyikapi berbagai hal, sehingga mempunyai peluang besar untuk terlibat dalam ekonomi bangsa.

Seperti yang telah dilakukan pemerintah, dengan upaya menggerakkan ekonomi kreatif sebagai wadah berkarya dengan tujuan generasi muda mampu mengahadapi era revolusi 4.0, yang mana saat ini sudah kita rasakan bersama.

Era revolusi industri 4.0 menjadikan ekonomi kreatif menjadi salah satu pilihan strategi dalam memenangkan persaingan global, ditandai dengan terus dilakukannya inovasi dan kreativitas, guna meningkatkan kapitalisasi ide kreatif.

Menurut Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia, ekonomi kreatif dapat dikatakan sebagai konsep ekonomi di era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan stock of knowledge dari Sumber Daya Manusia sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya.

Ekonomi kreatif mempunyai turunan 16 sektor antara lain, fesyen, seni, kuliner, desain produk, game online, film, fotografi dan lainnya.

Fesyen merupakan salah satu sektor dalam ekonomi kreatif yang menyumbang peran besar. Mendorong subsektor fesyen dalam ekonomi dapat meningkatkan industri di Indonesia dari sekedar menjadi membuat baju, menjadi leader tren sekaligus menjadi penghidupan ekonomi.

Berdasarkan data Bekraf kontribusi ekonomi kreatif terhadap total produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia kontribusi fesyen sebesar 18,15% dari total market untuk produk kreatif.

Saat ekonomi kreatif menjadi wadah mahasiswa sebagai generasi muda untuk berkarya, penulis yang berkuliah di jurusan manajemen dengan konsentrasi kewirausahaan mengembangkan usaha dalam bidang fesyen.

Dalam penawaran produk fasyen, penulis menawarkan model pakaian terkini dengan bahan yang berkualitas, pembuatan busana dengan custom size dan design sesuai dengan kebutuhan pelanggan serta dengan harga yang cukup terjangkau.

Dalam mendorong dan mengembangkan usaha penulis aktif dalam mengikuti lomba dan pameran. Salah satu lomba yang diikuti penulis yaitu lomba yang diadakan oleh Golkar Jawa Timur dalam rangka Lomba Fashion di Era New Normal.

Selain itu, dalam mengembangkan usaha penulis juga melakukan pemasaran secara online melalui Instagram, facebook serta shopee.

Sebagai generasi muda diharapkan mampu berperan dalam perkembangan ekonomi kreatif Indonesia sekecil apapun bentuknya. Untuk itu mari kita bersama-sama menjadi generasi muda yang kreatif dan inovatif agar bisa bersaing dengan perkembangan zaman.

Oleh: Noriana Pratiwi (Semester 8)
Universitas Wahid Hasyim Semarang, Prodi Manajemen, Konsentrasi Kewirausahaan.