blank
Hisom Prasetyo SH, paling kanan saat menyaksikan penyerahan cinderamata dari Ketua Asmindo Jepara Arif Mulyadi kepada Gubernur Bali Ida Bagus Oka

JEPARA(SUARABARU.ID)- –  H. Hisom Prasetyo, SH, Bupati Jepara periode 1981-1991 bisa disebut sebagai bupati perintis  ekspor mebel ukir Jepara. Ia memiliki visi besar untuk mengembangkan pasar mebel ukir Jepara masuk ke pasar internasional langsung dari Jepara.

Pada masanya juga dibuka SMIK Negeri Jepara yang diharapkan dapat menjadi tempat perajin handal didik. Hisom Prasetyo memiliki hubungan yang dekat dengan para pengusaha. Ia sering berkunjung ke brak-brak mebel dan berdiskusi dengan para pengusaha.

Hisom Prasetyo   ingin melakukan terobosan agar pembeli manca Negara datang langsung ke Jepara, bukan membeli dari  Bali seperti yang terjadi saat itu. Kala itu, kendati potensi seni ukir Jepara sudah berkembang, tetapi belum ada pembeli dari luar negeri yang datang langsung ke Jepara.

Bak gayung bersambut. Pada tanggal 7 Juni 1989, Menteri Pariwisata dan Telokomunikasi, Susilo Sudarman datang ke Jepara, untuk meresmikan Sentral Telepon  Otomat Jepara. Bupati Hisom Prasetyo memanfaatkan kesempatan saat menjamu menteri  di rumah dinasnya. Ia menyampaikan keinginannya  untuk menggelar pameran internasional di Bali. Keinginan itu direspon  oleh Susilo Sudarman.

Bahkan saat meresmikan Sentral Telepon  Otomat Jepara, Susilo Sudarman langsung menghubungi Gubernur Bali, Ida Bagus Oka. Kepada menteri,  Gubernur Bali menyambut hangat dan siap menjadi tuan rumah.

Karena itu persiapan untuk menggelar pameran di Bali segera dilakukan. Sebab waktunya tidak ada satu bulan. Di bawah koordinasi Ketua Asmindo, Arif Mulyadi, B.A., maka berangkatlah 16 pengusaha Jepara untuk mengikuti Jepara Handy Craft Exhibition in Bali. Didalamnya ada juga pengusaha tenun Troso, anyaman rotan dan monel.

Tidak tanggung-tanggung, kegiatan yang dilakukan 5 hari pada pertengahan bulan Juli 1989 ini langsung dilakukan di loby utama Hotel Puteri Bali di Nusa Dua Bali. Hotel berbintang lima ini terletak di kawasan perhotelan yang 99% penghuninya adalah wisatawan manca negara.

Untuk meningkatkan kekuatan pameran, diharapkan dapat dibuka oleh Gubernur Bali. Namun ketika Bupati Jepara Hisom Prasetyo, S.H., Ketua Asmindo Komda JeparaAarief Mulyadi B.A., dan Kepala Dinas Pariwisata, Chaizul S.H., menghadap Gubernur Bali untuk menyampaikan undangan dari Gubernur Jawa Tengah, Ismail, Gubernur Bali keberatan untuk membuka pameran karena ragu-ragu terhadap kualitas mebel ukir Jepara.

Namun setelah dijelaskan tentang karya yang akan dipamerkan itu tidak sama dengan yang dijual di Bali, akhirnya Gubernur Bali bersedia untuk membuka Jepara Handy Craft Exhibition in Bali.

Untuk menyukseskan pameran berskala internasional, apalagi dengan target yang cukup tinggi yaitu mengundang buyers ke Jepara, memang perlu dilakukan persiapan yang cukup lama. Apalagi pameran ini tidak diserahkan kepada event organizer seperti yang sering terjadi sekarang, tetapi ditangani sendiri oleh tim dari Jepara, baik persiapan tempat, perijinan, maupun promosi. Tim yang mempersiapkan secara langsung pameran ini diantaranya adalah Bram Sudaryanto, Suharno, Arie Djatmiko dan Hadi Priyanto.

Pameran yang berlangsung selama 5 hari ini tergolong sukses sebab dikunjungi lebih dari 2.879 wisatawan mancanegara. Namun, pameran ini baru mampu menarik 13 pengusaha asing untuk melakukan transaksi bisnis dengan total pembelian waktu itu sebesar   Rp 450 juta.

Kendati demikian, langkah ini cukup penting dan strategis karena telah mampu membuka mata  wisatawan mancanegara, bahwa selain di Bali kerajinan ukiran juga berkembang pesat di Jepara dengan kualitas yang mampu bersaing. Dan yang lebih penting adalah pengusaha Jepara mulai mampu membaca peluang pasar yang terbuka luas.

Pameran tersebut juga dimaksudkan sebagai undangan terbuka kepada para pembeli dan bahkan pengusaha dari luar negeri untuk datang ke Jepara. Sebab pada waktu itu, kehadiran orang asing atau yang lebih sering dikenal dengan sebutan buyers, masih sangat langka. Pada umumnya mereka membeli hasil kerajinan ukir ini dari Bali.

Keberhasilan pameran di Bali ini kemudian mendorong  Pemerintah Daerah untuk kembali menggelar pameran hasil industri kerajinan. Kali ini Jepara menjadi tempat yang dipilih untuk penyelenggaraan, sebab even yang kemudian dinamakan Jepara Fair ini pertama kali dilaksanakan di Pendopo Kabupaten Jepara dan diikuti oleh 81 stan yang terdiri atas 51 stan ukir kayu, 5 stan tenun troso, 4 stan monel, 4 keramik, 2 anyaman, 6 konveksi, industri wisata dan 6 stan instansi pemerintah yang bertugas memberikan jasa pelayanan. Kegiatan ini dilakukan terpusat di Pendopo Kabupaten dan juga tersebar di beberapa show room peserta dalam bentuk open house.

Disamping bertujuan untuk mengundang pembeli dan mancanegara, Jepara Fair juga bertujuan untuk mengembangkan bendera Jepara Incorporated serta membudayakan quality control di kalangan pengusaha, serta memberikan motivasi bagi para pengusaha Jepara akan pentingnya mata rantai promosi dalam mengembangkan usahanya. Jepara Fair ini kemudian dilaksanakan beberapa kali dan dipadukan dengan potensi industri yang lain, utamanya monel, keramik, anyaman rotan dan bambu, serta ditujukan untuk mendukung pengembangan pariwisata.

Langkah strategi, baik melalui Jepara Handy Craft Exhibition in Bali dan Jepara Fair ini ternyata mampu menggungah kesadaran para pengusaha Jepara akan pentingnya promosi. Secara pribadi maupun kelompok mereka mulai mengikuti pameran, baik dalam skala regional, nasional, bahkan internasional. Usaha ini mulai membuahkan hasil. Pada awal tahun 90-an, orang asing mulai berdatangan ke Jepara.  Mereka pada awalnya melakukan transaksi bisnis secara langsung dengan para pengusaha Jepara.  Masa-masa ini merupakan awal bangkitnya mebel ukir Jepara, dikenal dan merambah ke pasar internasional. (*)