SEMARANG (SUARABARU.ID)– Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf menyatakan, moderasi beragama mudah untuk dikatakan, sulit untuk dilaksanakan. Moderasi beragama bukan hanya persoalan domestik saja, melainkan sudah menjangkau dunia secara global. Karena hal ini juga akan berpengaruh langsung ke Indonesia.
Uraian itu seperti yang disampaikan Gus Yahya, sapaan akrabnya, saat menjadi narasumber pada seminar yang mengambil tema, ‘Penguatan Moderasi Beragama dan Wawasan Kebangsaan Bagi Tokoh Agama di Jawa Tengah’, yang digelar di Hotel Patra Jasa, Semarang, Kamis (28/4/2022).
Dikatakan dia, kalau berupaya membangun strategi moderasi harus secara global, tidak bisa lokal. Moderasi beragama bukan cuma masalah Islam saja, namun semua agama harus ada program moderasi.
BACA JUGA: Kodim 0715/ Kendal Gelar Komsos di Desa Kartika Jaya
”Pada 20 tahun belakangan ini, Islam menjadi sorotan karena terorisme. Sehingga banyak orang kemudian ngomong tentang moderasi Islam. Ini seolah-olah Islam menjadi satu-satunya yang tertuduh,” ucap Gus Yahya, pada seminar yang dimoderatori Kepala Kanwil Kemenag Jateng, Musta’in Ahmad ini.
Diungkapkan dia, sudah ratusan ribu tahun perang menggunakan tameng agama. Bermula dari itu, muncul konfik identitas yang sendi utamanya adalah agama. Namun konflik ini menjadi besar dan luas di abad 20, sehingga terjadi perang dunia pertama.
”Itu sudah campur aduk masalahnya. Bukan hanya soal agama saja, melainkan ada soal etnis, ras, ekonomi dan sebagainya. Inilah yang kemudian membuat masyarakat dunia menginginkan sebuah konsensus baru. Tujuannya, mencegah agar konflik seperti itu tidak terjadi lagi,” papar dia lagi.
BACA JUGA: Rektor Unisri Serahkan Zakat 1.000 kg Beras dalam 400 Paket
Disebutkan Gus Yahya, konsensus berupa Piagam PBB itu dibuat oleh pemimpin-pemimpin politik, tanpa melibatkan tokoh agama dan ulama. Paus dan pemimpin Islam saat itu tidak ikut tanda tangan, saat hadirnya konsensus itu.
”Dari sini kita bisa melihat, konsensus politik internasional bukan lagi sebagai wawasan agama,” imbuhnya.
Berawal dari itu, kemudian Nahdlatul Ulama menandatangani rekontekstualisasi wawasan Islam untuk perdamaian. Artinya, membangun wawasan keagaman yang lebih pada kesesuaian dengan realitas yang dihadapi bersama saat itu.
BACA JUGA: SIG Sampaikan Bantuan Rp7,62 Miliar dalam Rangkaian Ramadan Berbagi 2022
Menurut dia, ini tantangan sejak lama di tahun 1989 tentang putusan muktamar NU, yaitu tentang fikih perlunya wawasan keagaman di kontekstualisasikan dengan perkembangan zaman.
”Rekontekstualisasi ini tujuannya adalah, bagaimana kita akui dulu ada wawasan yang diskriminatif, wawasan agama yang mendorong konflik. Kita pelajari dulu kontekstualitasnya apa kok sampai ada wawasan keagamaan yang semacam itu. Baru kita bawa pada realitas yang sekarang,” tukas Gus Yahya.
Selain Ketua Umum PBNU, hadir pula sebagai narasumber adalah Dirjen Bimas Islam Kemenag RI, Prof Kamarudin Amin. Hadir dalam acara ini, Sekjen PBNU, Gus Saifullah Yusuf (Gus Ipul), Rais Syuriah PWNU Jateng, KH Ubaidillah Shodaqoh dan Rais Syuriah Kabupaten/Kota se-Jateng, Ketua PWNU Jateng KH M Muzamil dan Kepala Bidang dan Pembimas.
BACA JUGA: Puisi-Puisi Idul Fitri Amir Machmud NS
Usai acara seminar disampaikan keberhasilan progam Satu Juta Vaksinasi Booster, kolaborasi Polri, Kemenag RI dan PBNU. Di Jateng, dari target 150 ribu orang, mampu dilampaui hingga mencapai 250.812 orang.
Pencapaian inilah yang membuat Kanwil Kemenag Provinsi Jateng, memberikan apresiasi kepada Tiga PCNU dan satu Pokjaluh, dengan pencapaian jumlah vaksinasi tertinggi.
Terbaik pertama diraih PCNU Kabupaten Banyumas, yang kemudian memperoleh dana apresiasi sebesar Rp 25 juta. Terbaik kedua PCNU Kabupaten Cilacap (Rp 15 juta). Terbaik ketiga PCNU Kabupaten Banjarnegara (Rp 10 juta). Sedangkan dari Kelompok Kerja Penyuluh (Pokjaluh) Kabupaten Brebes, menerima dana apresiasi sebesar Rp 25 juta.
Penyerahan apresiasi itu dilakukan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf dan Sekjen PBNU Gus Saifullah Yusuf (Gus Ipul), didampingi Kakanwil Kemenag Provinsi Jateng, Musta’in Ahmad.
Sementara itu, Musta’in Ahmad menyampaikan, tokoh-tokoh agama di Jateng dengan segala ketekunan dan kesabarannya, terus mendampingi masyarakat dan umat. Sehingga kehidupan yang berbuah toleran dan harmonis itu sudah menjadi tradisi, khususnya bagi warga Jateng.
”Program prioritas Gus Men (Menteri Agama-red) adalah penguatan moderasi beragama. Sehingga acara yang kita hadirkan ini, untuk menguatkan yang baik dan selama ini sudah berjalan di lingkungan kita,” tandas dia.
Riyan