Kepala Dinas Disparbud saat memberikan sambutan di acara seminar Hari Kartini. Tampak DR. Alamsyah dan Ibu Mimin salah satu krabat Sosrokartono.

JEPARA (SUARABARU.ID)- Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Jepara menggelar acara seminar untuk Peringatan 143 tahun Hari Kartini serta HUT Museum RA. Kartini Jepara yang ke-43. Acara yang digelar di aula Museum  Sabtu (23/4/2022) mengambil tema “Raden Mas Panji Sosrokartono: Sang Mandor Klungsu yang Mendunia”.

Hadir sebagai narasumber, DR. Alamsyah, Sejarahwan dari Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, serta Asri Miminingtyas, cucu dari adik bungsu R.M.P. Sosrokartono dari Salatiga. Hadir pula Kepala Dinas Disparbud Jepara Zamroni Lestiaza, yang mewakili bupati sekaligus membuka seminar.

Dalam sambutannya Zamroni menuturkan, dalam catatan sejarah R.M.P. Sosrokartono menguasai banyak bahasa asing. Selain seorang wartawan perang, kakak R.A. Kartini ini juga mempunyai kemampuan sebagai tabib. “Beliau merupakan orang yang mempunyai peran penting dalam perjuangan R.A. Kartini,” tuturnya.

Banyak hal menarik yang terungkap dari seminar yang juga dihadiri para sejarahwan dan budayawan Jepara ini. Banyak sekali sisi kehidupan RMP. Sosrokartono yang selama ini tidak pernah tercatat dalam buku sejarah. Hal ini disampaikan langsung oleh Ibu Asri Miminingtyas, atau yang akrab disapa Bu Mimin.

Menurut Bu Mimin, R.M.P. Sosrokartono selain dikenal sebagai ahli bahasa (polyglot), ahli pengobatan atau tabib, beliau juga pernah berguru langsung kepada Kiai Soleh Darat dan Kia Hasyim Asy’ari pendiri Nahdlatul Ulama’. Cerita sejarah yang tidak banyak diketahui banyak orang. Karena selama ini yang tercatat dalam sejarah adalah hubungan langsung RA. Kartini sebagai murid Kiai Soleh Darat.

“Eyang Sosrokartono dalam laku spiritualnya dalam kehidupan sehari-hari hanya dahar dengan cabe dan tidur dengan posisi berdiri atau duduk. Seumur hidupnya dirinya hanya memikirkan kaum bangsanya”, kata Bu Mimin.

Sementara itu, DR. Alamsyah yang lebih banyak mengupas sisi spiritual dari Sosrokartono mengatakan sampai dengan hari ini ajaran-ajaran Sosrokartono masih dipraktekkan oleh para pengikutnya.

“Banyak sekali ajaran Sosrokartono, seperti nglurug tanpo bolo, menang tanpo ngasorake, digdaya tanpo aji, kantong bolong, dan filosofi huruf Alif. Jika dalam agama bisa dikatakan Sosrokartono telah mencapai taraf ma’rifat dan zuhud”, ujar Alamsyah.

“Sosrokartono mengabdikan hidupnya hanya untuk menolong sesama. Tidak pernah pamrih. Sebagai ahli pengobatan Sosrokartono tidak pernah mengambil upah. Dia mencoba mengesampingkan kepentingan pribadinya. Bahkan sampai pada tingkatan sumeleh, tidak mempunyai apa-apa. Itulah salah satu ajaran Sosrokartono yang bernama ajaran “Kantong Bolong”, terang Alamsyah.

Sampai akhir hayatnya, Sosrokartono tidak pernah Sekalipun menerima tawaran pekerjaan dari pihak Belanda. Pada saat dirinya bekerja di Belanda, Sosrokartono hanya menerima pekerjaann di Kedutaan Prancis, dan sebaagai penerjemah liga bangsa-bangsa.

Semua pekerjaannya berpusat di jantung negara Belanda yakni, di Den Haag. Itulah bentuk kebanggaan dirinya sebagai orang yang negaranya dijajah Belanda. Dia bisa membuktikan bahwa orang Indonesia bisa setara dengan orang Eropa.

ua