blank

SALATIGA (SUARABARU.ID) Mencegah berkembangnya paham radikalisme dan intolereransi, Tim Divisi Humas Mabes Polri menggelar Forum Group Discussion (FGD), di Pondok Pesantren Asyurkati Jalan Diponegoro Salatiga, Rabu 13/02/2022.

Kegiatan yang dikhususkan digelar di lingkungan lembaga pendidikan maupun pondok pesantren itu, mengambil tema “Terorisme Adalah Musuh Bersama”, dengan dipandu langsung oleh pengasuh Pondok Pesantren Asyurkati Ustad Didin.

Tim Divisi Humas Mabes Polri yang dipimpin oleh AKBP Gatot Hendro Hartono SE, MSi tersebut, menghadirkan Nassir Abbas, mantan Ketua Kelompok Jamaah Islamiyah (JI) wilayah Timur termasuk wilayah Indonesia.

Dalam paparannya, Nassir Abbas menceritakan tentang bagaimana awal dirinya bergabung kisaran 35 tahun lalu, setelah lulus dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan ingin belajar agama Islam di sebuah Masjid, yang disebut oleh warga masyarakat sebagai masjid Wahabi.

“Sebenarnya saya bukan warga negara Indonesia, tapi warga Singapura dan pindah menjadi warga negara Malaysia. Saat belajar Al Qur’an (Agama) di sebuah Masjid yang kata orang itu Masjid Wahabi, Saya merasa cocok. Tapi sayangnya pelajaran yang saya terima kurang lengkap,” papar Nassir dihadapan peserta FGD.

Kemudian, lanjutnya, saat berkenalan dengan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir, dirinya dikirim ke Afghanistan untuk berjihad sesuai dengan ajaran yang telah diserap dan kesemuanya telah dipersiapkan.

“Namun setelah di sana, Saya justru disuruh sekolah untuk belajar mempersiapkan diri membentuk negara Islam, hingga lulus tahun 1990 dan menjadi pengajar di sana. Dari situlah, kemudian Saya aktif menjadi Ketua Jamaah Islamiyah Wilayah Timur, termasuk menguasai wilayah Indonesia,” ungkapnya.

Kelompok yang Ia pimpin itulah, menurut Nassir, yang merencanakan tindakan melawan pemerintah (Indonesia). Namun, aksi yang mereka lakukan itu banyak yang menyimpang, sehingga terjadilah namanya aksi terorisme, seperti pengeboman gereja dan tindakan pengeboman lainnya.

blank
Nassir Abbas, Ketua Tim Divisi Humas Mabes Polri AKBP Gatot Hendro Hartono SE, MSi, Kapolres Salatiga AKBP Indra Mardiana SH, SIK, MSi dan Pengurus Ponpes Asyurkati, Salatiga berfoto bersama sebagian dengan peserta FGD di Ponpes Asyurkati, Salatiga, Selasa (13/4/2022). Foto : Dok Istw

Hikmah Tertangkap Polisi

Dengan dirinya ditangkap Polisi pada 18 April 2003 lalu, menjadi momentum berharga bagi Nassir untuk menyadari bahwa apa yang telah dilakukan selama ini adalah salah. Untuk menebus kesalahannya tersebut, maka kemudian Ia ikut membantu Polisi dalam mencegah berkembangnya paham radikalisme di Indonesia.

“Saat Saya tertangkap, hikmahnya saya menyadari, bahwa memang ada kelompok yang mengatasnakan Islam untuk melawan pemerintah Indonesia yang sah, yang menyalahi aturan jihad,” jelasnya.

Yang dimaksud menyalahi aturan jihad, menurut Nassir adalah misalnya membunuh wanita, membunuh anak-anak, membunuh lawan yang tanpa perlawanan dan merusak tempat ibadah lain.

Oleh sebab itu, karena siapa saja dapat direkrut, Nassir berpesan agar masyarakat perlu membentengi diri dengan cara belajar sesuai dengan ajaran Islam yang benar, sehingga tidak akan mudah terpengaruh hal yang tidak baik, seperti bergabung dalam kelompok terorisme,

“Untuk itu saya berharap, sebagai generasi penerus bangsa tetaplah belajar sampai selesai, di tempat yang baik. Jangan mudah terpengaruh dan terbawa arus, tidak termakan hoax. Merasa beruntunglah hidup di Negara Indonesia dengan Pancasila yang sangat sesuai dengan ajaran agama Islam,” urainya

Usai kegiatan, Kapolres Salatiga AKBP Indra Mardiana SH, SIK, MSi berpendapat, bahwa kegiatan FGD yang dilaksanakan oleh Divhumas Mabes Polri sangat baik untuk menumbuhkan “Wawasan Kebangsaan dan Bangga menjadi Bangsa Indonesia”, sehingga dapat menangkal berkembangnya paham radikalisme yang menjadi pemicu terjadinya Aksi Terorisme.

Absa