blank
Lestari Moerdijat dalam diskusi yang dilakukan secara daring. Foto: dok/ist

SEMARANG (SUARABARU.ID)– Mempersiapkan generasi penerus bangsa yang tangguh, lewat penuntasan masalah gizi dan stunting, harus konsisten dan terukur. Sebuah gerakan bersama harus dilakukan untuk mewujudkan hal itu.

”Kita merencanakan untuk mencetak generasi cerdas untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045. Tetapi persoalan mendasar, soal terpenuhinya kecukupan gizi anak bangsa belum bisa teratasi,” kata Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat, saat membuka diskusi daring bertema ‘Mengantisipasi Generasi yang Hilang Akibat Stunting’, yang digelar Forum Diskusi Denpasar 12, Rabu (6/4/2022).

Menurut dia, harus ada upaya yang konsisten dan terukur, untuk mengatasi kecukupan gizi bagi generasi penerus bangsa.

BACA JUGA: Takjil Hari Ke – 4 PC Fatayat untuk 357 Penghuni Lapas

Diskusi yang dimoderatori Arimbi Heroepoetri SH LLM (Tenaga Ahli Wakil Ketua MPR RI, Koordinator Bidang Penyerapan Aspirasi Masyarakat dan Daerah) itu, dihadiri dr Hasto Wardoyo SpOG (k) (Kepala BKKBN Republik Indonesia) dan Felly Estelita Runtuwene
(Ketua Komisi IX DPR RI)/

Selain itu ada pula, dr Erna Mulati MSc CMFM (Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, Kementerian Kesehatan RI) dan Prof dr Fasli Jalal SpGK PhD (Rektor Universitas Yarsi-Pakar Ilmu Gizi) sebagai narasumber.

Hadir juga, Amelia Anggraini (Ketua Bidang Perempuan dan Anak DPP Partai Nasdem) dan Dyah Puspitarini (Ketua Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah 2016-2020) sebagai penanggap.

BACA JUGA: Sambut Ramadhan, Polres Demak Gelar Baksos dan Vaksinasi Covid-19

Dikatakan Lestari, data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebutkan, saat ini Indonesia masih memiliki angka prevalensi stunting yang tinggi, yaitu 24,4 persen.

Artinya, jelas Rerie, sapaan akrab Lestari, satu dari empat anak di Tanah Air stunting, dan angka itu masih di atas angka standar yang ditoleransi WHO, yaitu di bawah 20 persen.

Karena itu, menurut Rerie, yang juga anggota Majelis Tinggi Partai Nasdem itu, target pengentasan stunting jangan hanya menetapkan angka-angka. Tetapi harus direalisasikan dalam berbagai langkah, untuk mewujudkan target itu.

BACA JUGA: Jelang Lebaran Bank Indonesia Tegal Siapkan Rp 4,12 Triliun

Sementara itu, Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, Kementerian Kesehatan RI, Erna Mulati mengungkapkan, Indonesia mengalami double burden, terkait kekurangan gizi, baik secara mikro maupun makro nutrisi.

Dia menilai, ancaman stunting akan semakin besar, pascabalita mendapat makanan tambahan. Untuk mengatasi kondisi itu, imbuh Erna, Kementerian Kesehatan telah berupaya melakukan intervensi gizi, sebelum kelahiran dan setelah bayi lahir.

”Intervensi sebelum kelahiran ditujukan kepada para remaja putri dan ibu hamil. Lalu intervensi gizi setelah kelahiran, lewat pemberian ASI eksklusif dan makanan pelengkap ASI,” ujar Erna.

BACA JUGA: Brebes Akhirnya Raih SAKIP Predikat B

Sedangkan Ketua Komisi IX DPR RI, Felly Estelita Runtuwene menyampaikan, upaya mengatasi stunting merupakan hal yang penting. Karena dampak stunting antara lain dapat menekan PDB sebesar 3 persen per tahun.

Kepala BKKBN Republik Indonesia, Hasto Wardoyo menegaskan, saatnya kualitas SDM menjadi perhatian kita bersama. Karena perbaikan kualitas keluarga memerlukan kualitas SDM anggota keluarga yang baik.

Dipaparkan Hasto, kalau kualitas SDM tidak dipersiapkan dengan baik, Indonesia akan kehilangan peluang mendapat bonus demografi. Pembangunan SDM, tegasnya, harus jadi super prioritas, dan tidak bisa ditawar-tawar lagi.

”Mengingat waktunya terbatas, untuk mewujudkan pravelensi stunting yang lebih baik harus memperkuat konvergensi sejumlah sektor dalam mewujudkannya,” sebut dia.

Riyan