Bajong Banyu
Para sesepuh dan Perangkat Dusun Dawung, Desa Banjarnegoro, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang sedang mengambil air di Sendang Kedawung yang digunakan untuk tradisi Bajong Banyu. Foto: Yon

KOTA MUNGKID, (SUARABARU.ID)- Masyarakat Dusun Dawung, Desa Banjarnegoro, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, mempunyai tradisi yang unik untuk menyambut bulan Ramadan. Yakni, menggelar tradisi Bajong Banyu atau perang-perangan menggunakan air.

Tradisi Bajong Banyu yang dilaksanakan sejak tahun 2012 silam tersebut, selama dua tahun terakhir tidak dilaksanakan. Karena, adanya pandemic covid-19 di seluruh penjuru nusantara.

Menjelang bulan penuh berkah  tahun 2022 ini, masyarakat Dusun Dawung kembali menggelarnya, Minggu ( 27/3/2022).

Tradisi tersebut diawali dengan upacara diiringi pertunjukan tarian tradisional dari mulai Topeng Ireng hingga Jathilan dan kesenian lainnya. Kemudian dilanjutkan dengan prosesi pengambilan air di sumber air Sendang Kedawung  oleh puluhan warga serta para tokoh dan perangkat desa setempat.

Dengan membawa kendi dan periuk kecil, mereka  mengambil air yang ada di Sendang Kedawung  yang berjarak sekitar 200 meter dari Dusun Dawung.

Air dari sendang tersebut dibawa lagi ke tengah-tengah dusun. Selanjutnya sesepuh desa menuangkan air yang dianggap suci tersebut ke dalam gentong. Lalu, air yang ada di dalam gentong tersebut digunakan  untuk melaksanaan “padusan’ dengan cara  menyiramkan dan melemparkannya kepada masyarakat.

“Selama dua tahun terakhir, masyarakat Dusun Dawung tidak menggelar tradisi tersebut, karena adanya pandemic covid-19 yang melanda dunia. Dan, menjelang bulan Ramadan tahun 2022 ini, tradisi tersebut  kembali digelar, karena penyebaran covid-19 sudah mulai agak mereda,”kata Kepala Dusun Dawung, Wisik.

Wisik  mengatakan, tradisi  Bajong Banyu tersebut sebenarnya telah dilaksanakan oleh masyarakat Dusun Dawung sejak 10 tahun silam, dan bertujuan untuk menyucikan diri menyambut bulan puasa.

Ia berharap, tradisi tersebut  terus bisa dilaksanakan di tahun –tahun mendatang, karena telah menjadi tradisi dan mampu menyedot perhatian dari beberapa desa tetangga.

Pada kesempatan itu, ia  mengapresiasi  atas dukungan serta antusias warga yang secara bahu-membahu melaksanakan tradisi tersebut.

“Mari bersatu menyambut bulan suci Ramadhan. Bajong banyu ini  bermakna menyucikan diri sebelum menjalankan ibadah puasa,” ujarnya.

Pnggagas tradisi Bajong Banyu,  Tri Setyo Nugroho mengatakan, Bajong Banyu sebenarnya merupakan perang air antarwarga.Namun, dalam perang air tersebut tidak ada permusuhan atau kesedihan, melainkan kegembiraan semua warga.

Ia menjelaskan, banyak makna filosofis yang terkandung dalam tradisi Bajong Banyu tersebut.  Yakni, pentingnya air di Sendang Kedawung yang memberikan penghidupan untuk masyarakat Dawung dan sekitarnya.

Menurutnya,  sumber air  di Sendang Kedawung tersebut tidak pernah kering bahkan di saat musim kemarau. Oleh karena itu, mata air tersebut harus terus dijaga untuk keberlangsungan hidup masyarakat desa.

“Sejak dulu sampai sekarang mata air di Sendang Kedawung ini unik karena tak pernah kering, meskipun kemarau,” kata pria yang akrab disapa Gepeng Nugroho.

Menurutya, ritual tersebut untuk mengingatkan  akan pentingnya sumber mata air, yang harus terus dijaga. Karena,  sumber air itu yang memberikan penghidupan untuk masyarakat setempat, meskipun saat ini layanan air bersih juga sudah masuk ke dusun itu.

Gepeng menambahkan, tradisi Bajong Banyu  tersebut sebenarnya merupakan tradisi padusan atau menyucikan diri

“Kemasan padusan yang lebih menarik. Ada seni dan budaya yang ada di sana. Kalau padusan kan sudah biasa, nah bagaimana kita kemas dengan atraksi budaya, sehingga dapat menarik pariwisata juga,” ujar Gepeng. Yon