SEMARANG (SUARABARU.ID) – Di tengah kondisi ekonomi dan pasar yang masih dinamis selama 2021 akibat pandemi, Pupuk Kaltim (PKT) terus fokus pacu produktivitas dengan peningkatan laba 2021 tertinggi sepanjang sejarah.
Guna merealisasikan fokus perusahaan untuk mendominasi pasar Asia Pasifik, di 2022 PKT fokus pada growth strategy yang dituangkan dalam 3 pilar, yaitu keunggulan operasional dan rantai pasok, keunggulan diversifikasi, dan keunggulan jangkauan pasar.
Direktur Utama Pupuk Kaltim, Rahmad Pribadi, saat konferensi pers virtual, Kamis (24/3/2022), mengatakan, transformasi digital menyeluruh mulai dari produksi, distribusi hingga teknologi pemupukan terbukti memacu pertumbuhan perusahaan yang berkelanjutan.
“Selama pandemi, kami di Pupuk Kaltim telah membuat 16 aplikasi dan berhasil meningkatkan produktivitas hingga 141%,” katanya.
Lebih lanjut Rahmad menjelaskan, sebagai produsen pupuk urea terbesar di Indonesia, PKT terus berorientasi pada keberlanjutan, dengan menerapkan berbagai strategi mitigasi kondisi.
Terbukti melalui strategi tersebut, di 2021 PKT berhasil mencatatkan laba setelah pajak senilai Rp6,17 triliun atau tertinggi sepanjang sejarah, dengan kinerja produksi yang juga terus mengalami peningkatan signifikan.
“Saat ini, PKT berada dalam fase pertumbuhan kedua dengan fokus pertumbuhan yang berkelanjutan. Tak dipungkiri, pandemi masih memberi dampak bagi kondisi ekonomi dan pasar yang dinamis selama 2021. Namun sebagai perusahaan yang berorientasi pada keberlanjutan, PKT terus menerapkan strategi inovasi dan diversifikasi usaha,” katanya.
Lebih lanjut, strategi diversifikasi usaha yang dilakukan PKT juga tidak hanya terfokus pada potensi bisnis, melainkan juga berbasis pada energi terbarukan.
Hal ini dilakukan seiring dengan komitmen perusahaan untuk memimpin transformasi industri petrokimia menjadi industri hijau.
Direktur Operasi dan Produksi PKT, Hanggara Patrianta, mengatakan, saat ini berbekal kapabilitas perusahaan dalam hal produksi dan teknologi, PKT tengah bertransformasi menjadi pelaku industri petrokimia yang berorientasi pada efisiensi energi dan diversifikasi usaha.
“Salah satu yang menjadi fokus perusahaan yaitu pengembangan komoditas bisnis baru dengan menerapkan praktik ekonomi sirkular dan memanfaatkan emisi produksi, seperti pengembangan soda ash yang diolah dari bahan baku amoniak dan CO2 yang dihasilkan dari proses produksi pupuk PKT,” katanya.
Selain itu, dengan beralih kepada bahan baku energi terbarukan, PKT juga dapat menjamin keberlanjutan perusahaan, yang tentunya berorientasi pada penerapan prinsip ESG (Environmental, Social, and Governance).
Kedepannya, dalam hal diversifikasi usaha dan ekspansi, PKT juga akan terus mengembangkan bisnis di sektor hilir petrokimia berbasis gas alam. Melalui hilirisasi, komoditas tersebut akan memiliki nilai tambah yang semakin tinggi, seperti hilirisasi amoniak yang dapat meningkatkan nilai tambah.
“PKT senantiasa berorientasi pada inovasi pengembangan produk, dengan menganalisa kebutuhan pasar dan mempertimbangkan ketersediaan bahan baku, serta tetap menekan konsumsi energi. PKT juga tengah berekspansi pada produk turunan gas lainnya, seperti produksi methanol,” kata Hanggara.
Hery priyono