SEMARANG (SUARABARU.ID) – Seorang ibu harus mampu mengelola emosi, sebab orang tua yang lebih sering berteriak, marah, maupun melakukan kekerasan fisik pada anak dapat meningkatkan risiko gangguan emosi dan perilaku yang serupa pada anak. “Jadi, sebelum berperan menjaga kesehatan mental seluruh anggota keluarga, seorang ibu harus memastikan mentalnya sehat. Dengan begitu, seorang ibu, orangtua akan mampu memberikan situasi dan lingkungan yang nyaman untuk anak bertumbuh.”
Demikian dikatakan oleh Hj Nawal Arafah Yasin, Ketua BKOW Jateng dalam webinar memperingati HUT ke – 60 organisasi tersebut, Rabu (16 /3) di Gedung Wanita. Tema HUT dan seminar “Di Era Digitalisasi BKOW Provinsi Jawa Tengah Turut Berperan Aktif dalam Pemberdayaan Perempuan Melalui Peningkatan Kapasitas Keluarga,” sesuai dengan road map 4 th BKOW ada program Gapura Gayeng dan Gerebek Peduli.
“Program Gapuro Gayeng yaitu Gerakan Perubahan Pengasuhan Orang Tua dan Uji coba program Gerebek Peduli, sebagai gerakan BKOW untuk perlindungan sosial dan penanggulangan kemiskinan. Merupakan advokasi kebijakan, dan pelaksanaan perlindungan sosial, penanggulangan kemiskinan perempuan dan keluarga miskin, uji coba relawan keluarga, kata Hj Nawal Arafah, yang juga menandaskan pentingnya managemen emosi dalam keluarga.
Menurutnya, tema webinar dipilih karena di masa pandemi, bekerja dari rumah atau belajar dari rumah (daring) sudah menjadi pola aktivitas baru. Meskipun ini terdengar menyenangkan, tetapi pekerjaan kantor dan rumah yang datang bersamaan, atau tugas-tugas sekolah yang menumpuk, kerap membuat seseorang merasa merasa stres, cemas, dan depresi.
Bahkan, tidak sedikit yang merasakan kondisi kelelahan mental. Antara lain ditandai dengan sikap yang lebih mudah marah, tidak mampu berkonsentrasi, kelelahan yang tidak selesai, gangguan tidur, hingga gangguan makan. “ Ibu berperan penting dalam meningkatkan kapasitas keluarga, antara lain dengan menjaga kesehatan mental keluarga.” tandasnya
Jika sudah terlalu lelah, tidak ada salahnya meminta bantuan pada kerabat dekat untuk menjaga anak. Dengan begitu, orang tua dapat memaksimalkan waktu istirahat yang dimiliki.
Ada beberapa hal fundamental yang dibutuhkan untuk menjaga kesehatan mental anak tetap terjaga, antara lain cinta tanpa syarat dari keluarganya, rasa percaya diri dan harga diri yang tinggi, juga kesempatan untuk bermain dengan anak-anak lain.
Ditambahkan oleh istri Wagub Jateng ini,yang harus diwaspadai, saat belajar daring menggunakan smart phone, akan sangat rawan bagi anak-anak berselancar di dunia maya, termasuk aktif menggunakan sosial media . Sekilas, tidak ada yang salah. Namun, di sosmed setiap orang bebas berhubungan dengan siapa saja yang tidak diketahui latar belakangnya.
“Keakraban di medsos bisa berdampak macam-macam, salah satunya hasutan untuk menggunakan narkoba, pornografi, maupun perilaku negatif lainnya.,”
Ditambahkan juga, orang tua juga mesti peka dengan tumbuh kembang anak-anaknya. Membangun komunikasi yang baik dengan anak-anak agar mereka merasa nyaman berada di rumah, bercerita tentang aktivitas atau kejadian yang dialami. Ibu juga harus mengawasi pergaulan dengan siapa anak bermain. Bukan untuk mengekang, waspada agar tidak salah pergaulan. tambah Hj Nawal Arafah yang juga seorang guru.
Disarankan, di waktu luang, pastikan anak mengisi dengan kegiatan positif, seperti berkesenian, olahraga, berorganisasi dll.
Aktivitas positif akan menjauhkan mereka dari perbuatan negatif yang merusak masa depannya. Edukasi dan penanaman nilai-nilai agama juga penting sebagai tameng bagi anak dalam menghadapi gempuran hal negatif di era digital yang dapat merusak mental dan karakter anak.
“Mari kita perkuat ketahanan keluarga demi mewujudkan generasi unggul di masa depan, yang tidak hanya cerdas, tetapi juga sehat jasmani dan rohani serta berkarakter Indonesia.” tandas Hj Nawal.
Instrospeksi
Sementara itu pembicara dari Relawan Keluarga Kita (Rangkul), masing-masing Rizky Dian Ardianti, M.Si dan Ramadhani membahas tentang pentingnya komunikasi yang benar dan baik dalam keluarga. “Apa saja cara yang orangtua lakukan kepada ibu-ibu yang ingin di hentikan, apa saja cara yang orangtua lakukan dulu ingin diteruskan ke anak-anak . Zaman sudah berbeda, sehingga cara penyampaiannya juga tidak harus sama.” Kata mereka . Webinar dipandu oleh Veronica Pramadini PU.
Humaini