WONOGIRI (SUARABARU.ID) – Ibarat gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang. Demikian halnya dengan berpulangnya Kanjeng Pangeran (KP) Drs H Sumaryoto Padmodiningrat.
Di kalangan masyarakat Wonogiri, almarhum tidak saja dikenal sebagai pengusaha PO Bus Gajah Mungkur, yang memiliki trayek Wonogiri-Jakarta sebagai bus Antar-Kota Antar-Provinsi (AKAP).
Tapi pria kelahiran Wonogiri 8 Juni 1946 putra pasangan Ny Kamiyem dan Wakiman Padmosumanto ini, juga dikenal sebagai sosok politikus, pecinta sepak bola, budayawan Jawa dan penggemar kesenian wayang kulit.
Sebagai tokoh sepak bola, di era Tahun 1990-an Sumaryoto, terkenal dalam kegigihannya membangun perspakbolaan dari bawah, sampai melambungkan PS Tunggal Dara menjadi kesebelasan yang prestisius di level nasional. Yakni sebagai juara pertama Gala Karya di Tanah Air.
Mantan Ketua Pengda PSSI Jateng dan Pengurus PSSI Pusat ini, juga peduli mendirikan Sekolah Sepak Bola (SSB) Gajah Mungkur yang bermarkas di Ngadirojo, Wonogiri. Banyak anak SSB Gajah Mungkur yang diantarkan menjadi pemain nasional. Dia pernah berkata:”Sepak bola dapat maju bila ditangani oleh orang yang ‘gila’ bola.”
Sumaryoto penerima anugerah kekancingan (sertifikat) gelar bangsawan Kanjeng Pangeran (KP) dari Keraton Surakarta di era PB XII, merupakan tokoh budayawan penggemar wayang kulit. Setiap mengadakan acara halal-bihalal Idul Fitri, selalu nanggap pagelaran wayang kulit semalam suntuk dengan dalang-dalang kondang. Seperti Dalang Ki Anom Suroto, Ki Manteb Sudarsono dan Ki Entus Susmono.
Selasa Kliwon
Di sisi lain, juga memberikan apresiasi terhadap kreativitas Ki Jlitheng Suparman yang memunculkan Wayang Kampung Sebelah (WKS) sebagai genre baru di dunia pewayangan di Tanah Air dengan corak kekinian.
WKS mengangkat ceritera rakyat yang tumbuh dalam kehidupan temporer saat ini. Yang menyuguhkan kisah-kisah satire dalam kemasan jenaka yang menghibur.
Sumaryoto sebagai Direktur Utama Radio Gajah Mungkur, Ngadirojo, Wonogiri, membakukan program siaran tetap wayang kulit setiap datang Malem Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon. Dia menjalin hubungan akrab dengan Empu Dalang Wonogiri, Ki Warsino (Almarhum) dan dalang-dalang di wilayah Surakarta.
Sebagai tokoh politikus, Sumaryoto pernah dua kali menjadi Anggota DPR-RI dari Farksi PDI-Perjuangan. Yakni pada periode 1999-2004 dan 2004-2009. Pada masa itu pula, dia menggandeng Musikus Kondang Indonesia, Franky Sahilatua, mencipta Lagu Pancasila Rumah Kita. Untuk penguatan empat pilar kabangsaan, dalam upaya menumbuhkembangkan jiwa nasionalisme bangsa Indonesia.
Pada Pilkada Wonogiri Tahun 2010, Sumaryoto, maju berpasangan dengan Begug Poernomosidi (Bupati Wonogiri dua periode 2000-2010). Tapi kalah bersaing dengan Kakak Sepupunya, Danar Rahmanto (Pengusaha PO Bus Timbul Jaya).
Kembar Siam
Sumaryoto dikenal sebagai tokoh humanis. Dia peduli membiayai operasi pemisahan bayi kembar siam atas nama Siti Mariani Sumaryoto dan Siti Mariati Sumaryoto, yang kemudian diangkat sebagai anaknya.
Anggota DPR-RI dari Fraksi PDI Perjuangan ini, juga dikenal sebagai kolumnis melalui aktivitasnya menulis artikel atau karangan khas di berbagai media massa. Tema yang diangkat mengambil isu kekinian yang tengah hit, dalam karya tulis yang mengandung krtikik membangun.
Semasa hidupnya, alumni Fakultas Ekonomi UGM Yogyakarta ini, aktif sebagai Ketua Umum Ikatan Paguyuban Keluarga Wonogiri Seluruh Indonesia (IPKWSI) pusat di Jakarta. Juga mendirikan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Gajah Mungkur di Ngadirojo, Wonogiri.
Belakangan ini, Sumaryoto banyak melakukan aktivitas di Jakarta. Sampai akhirnya diperoleh khabar meninggal dunia di RS Medistra Jakarta dan jenazahnya dimakamkan Kamis (10/3) di Pamijen (Pemakaman Keluarga) Trah Darmo Sutarno di Kecik Randusari, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri. Berangkat dari Jakarta Pukul 11.00.
Dalam surat lelayu, tertulis yang berduka cita Ny Hj Sutarmi Sumaryoto (istri) bersama anak dan menantu, yakni Niken Sukmasari SE, Akt-Indra Jaya SE, MM, Dr Ir Wisnu Sakti Dewobroto MSc-Stani Dwi Pertiwi ST, Ayuning Sekarsuci Bbus, MIB/MA-Sugeng Prihanto ST, bersama si kembar Siti Mariani Sumaryoto-Siti Mariati Sumaryoto dan enam cucu. Di lembar surat lelayu juga dituliskan Prokes.
Bambang Pur