blank
BAN BEKAS - Perajin ban bekas tengah mengolah bahan baku untuk dijadikan berbagai barang kebutuhan rumah tangga. (foto: nino moebi)

SLAWI (SUARABARU.ID) – Ban bekas yang sudah tidak terpakai oleh warga Desa Kabunan, Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah menyulap menjadi benda bernilai ekonomi tinggi.

Dengan ketrampilan mereka mengubah ban bekas menjadi perabot rumah tangga seperti meja, kursi, sandal, vas bunga atau tempat sampah. “Saat ini penjualan kerajinan ban bekas seperti bak sampah agak lumayan bangkit meski masih di masa pandemi. Namun sedang kesulitan mencari bahan baku,” kata Muhammad Ibnu Affan (29) seorang pengrajin ban bekas warga RT 03 RW 01 Desa Kabunan, Sabtu (19/2/2022).

Affan biasanya membeli bahan baku ban bekas dari garace truk yang ada disepanjang jalur Pantura dari mulai perbatasan Kabupaten Pemalang hingga Kabupaten Brebes.

blank
DIPASARKAN – Tempat sampah dari ban bekas yang sudah dihias siap dipasarkan. (foto: nino moebi)

Affan mengaku awal-awal pandemi Covid-19 penjualan sempat drop sampai 20-30 persen. Dan saat ini sudah agak normal tapi harga bahan baku ban bekas naik hingga 10-20 persen. Affan tidak menyebut harga bahan baku sebelumnya berapa. “Yang jelas bahan baku naik dan lagi susah,” ujar Affan.

Affan sebagai pengrajin ban bekas merupakan generasi penerus kedua dari sang ayah Khamdan (58) sejak 1990 dikediamannya mempekerjakan empat orang pekerja tiap harinya.

Pembayaaran terhadap para pekerja dilakukan dengan sistim harian. Bagi yang mengerjakan bak sampah ongkosnya 70 ribu per hari dan untuk meja kursi 80 ribu per hari.

Ban bekas oleh pekerja diolah menjadi karet timba, meja kursi, vas bunga, tempat sampah. “Dari hasil pengrajin tempat sampah yang paling laku,” ujar Affan.

Harga vas bunga ada tiga ukuran yang berbeda. Dari harga 50 ribu, 70 ribu dan 100 ribu. Harga tempat sampah juga tergantung ukuran. Sedangkan harga untuk satu set meja kursi karet polos 600 ribu dan 850 ribu untuk yang menggunakan busa pada senderan dan bawah. “Untuk bak sampah saat musim hujan seperti ini banyak lakunya,” jelas Affan.

“Para pembeli datang dari berbagai daerah tapi, kebanyakan pembeli datang sendiri ke tempat Desa Kabunan. Dengan datang sendiri pembeli bisa memilih tempat di sesuai pilihan karena Desa Kabunan merupakan sentra kerajinan ban bekas,” ungkap Affan.

Seorang pembeli Ani Yuraida (51) dari Kota Tegal, sengaja datang ke Desa Kabunan untuk membeli 90 bak sampah untuk dua RT di lingkungannya. “Di Kota Tegal ada bak sampah dari ban bekas tapi pilihan dan jumlahnya terbatas. Sedangkan beli langsung ke sentra bisa banyak pilihan dan diharapkan harganya bisa sedikit lebih murah,” alasan Ani.

Nino Moebi